Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Respect: Saya Pamit Dulu


[Artikel 63#, kategori motivasi] Saya selalu menggebu-gebu saat bercerita ekosistem blogger di Kota Semarang kepada pemasar (marketing/sales) yang saya jumpai. Saya pikir hubungan kami semakin dekat ketika selalu diundang untuk hadir ke acara mereka. Saya sangat senang dengan hubungan ini.

Status saya naik level begitu pikiran saya. Namun setelah mereka pergi (pindah tempat) hubungan tersebut hilang. Itu adalah pilihan karir mereka dan saya bukan siapa-siapa. Lagian untuk apa pamit segala. Bila dipikirkan lagi, level hubungan kami tidak sejauh itu. Ya wajar mereka pergi begitu saja.

Saya merasa sedih karena hubungan dengan tempat sebelumnya sudah tidak ada lagi. Marah tidak mungkin. Tapi saya senang ketika ada beberapa yang memberikan tanggung jawab sebelumnya kepada orang baru agar terus terhubung kembali dengan saya sebagai blogger.

Saya sangat menghormati 

Level saya memang jauh dari kata dekat. Tapi pertemuan awal bagaimana saya bercerita dengan sangat menggebu-gebu adalah bentuk saya menghormati semua hubungan yang akan terjalin di masa depan.

Pagi ini saya mendapatkan pesan dari aplikasi WhatsApp. Saya memanggilnya Ibu karena saya menghormati beliau, selain karena memang usianya juga. Beliau bekerja di salah satu perusahaan operator terbesar di Indonesia yang kantornya berada di dekat Simpang Lima. 

Isi pesan beliau adalah mengucapkan pamit karena akan pensiun. Sebagai individu manusia, saya tersentak. Dan sebagai blogger, perasaan saya terenyuh. Ini merupakan kata pamit pertama yang saya dapatkan selama berkarir.

Seolah menghapuskan level saya yang tidak percaya diri ketika terhubung dengan pemasar yang pindah tempat kerja. Sungguh ini adalah pengalaman yang luar biasa. Tak terkira ini terjadi kepada saya.

Saya sering bekerjasama dengan beliau. Saya sering diundang juga sama beliau. Perlakuannya juga sangat baik dan penuh kasih. Tidak membedakan antara media dan blogger seperti saya. 

Perasaan saya yang sering menggebu-gebu saat bercerita tentang ekosistem blogger kali ini mendapatkan bayaran yang luar biasa. Apakah itu rasa hormat atau sesuatu yang tidak pernah dibayangkan. Beliau selalu mengajarkan kepada saya untuk terus menjadi lebih baik.

Kata pamit yang disampaikan beliau bukan saja membuat saya sangat menghormati keputusan beliau tapi juga sangat menghargai bahwa beliau mengingat saya sebagai blogger yang penting di Kota Semarang. 

Semoga beliau di masa pensiunnya selalu diberi kesehatan jasmani dan rohani. Terima kasih tak terhingga atas penghargaan yang telah diberikan hari ini dan kemarin.

Saya sangat menghormati dan menghargai sikap beliau.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Halo, Mei 2024