Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Akhirnya Menikah


[Artikel 30#, kategori wanita] Tidak menyangka pernikahan itu tiba. Wanita yang terlihat di depan rumah, akhirnya mengucapkan janji setia pada pria. Ini bukan kisah tentang saya. Hanya sebuah kisah perayaan dua insan di tengah wabah Corona yang melanda.

Saya selalu membayangkan bagaimana perasaan pengantin wanita yang akhirnya menjadi perempuan seutuhnya. Baginya pernikahan adalah cita-cita, mimpi dan alasan mengapa mereka terus berusaha.

Kebahagiaan yang tiada tara membuat wanita tampak seperti bidadari. Bahkan setelah perayaan, wanita terus membagikan kesenangannya. Bagi pria, itu adalah kelegaan karena sudah berjuang melewati berbagai hal.

Harus tetap bahagia

Sebagian kebahagiaan itu terenggut kala Corona menyambut. Tanggal yang sudah ditentukan seolah ujian hidup dan mati. Tak peduli, yang penting cintanya dapat dibagi kepada orang yang disayangi secara resmi.

Harus tetap bahagia meski tanpa restu banyak orang yang melihat. Impian pernikahan yang selama ini banyak dilihat, hanya berakhir pada kerabat. Tenda yang telah berdiri dan kursi yang rapi tersusun, hanya kosong melompong.

Saat menerima kotak makanan, kertas terselip diantara makanan dan penutup kotak. Hanya permintaan maaf karena tak dapat berbuat apa-apa untuk mengundang tetangga.

Saya mengerti keadaannya memang sulit. Semoga kedua mempelai bahagia selalu, sakinah mawaddah warohmah.

Wanita yang kuat, baik secara mental maupun fisik. Tetaplah menemukan impian lainnya setelah kalian menikah. Masih banyak kebahagiaan yang dapat memberi makna pada perjalanan pernikahan kelak.

...

Bukan hanya menyatukan 2 insan manusia, tapi 2 keluarga besar. Suara speaker yang terdengar dengan balutan budaya adat istiadat Jawa sebenarnya ingin disambut dengan kehadiran.

*Gambar : ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya