Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Akhirnya Menikah


[Artikel 30#, kategori wanita] Tidak menyangka pernikahan itu tiba. Wanita yang terlihat di depan rumah, akhirnya mengucapkan janji setia pada pria. Ini bukan kisah tentang saya. Hanya sebuah kisah perayaan dua insan di tengah wabah Corona yang melanda.

Saya selalu membayangkan bagaimana perasaan pengantin wanita yang akhirnya menjadi perempuan seutuhnya. Baginya pernikahan adalah cita-cita, mimpi dan alasan mengapa mereka terus berusaha.

Kebahagiaan yang tiada tara membuat wanita tampak seperti bidadari. Bahkan setelah perayaan, wanita terus membagikan kesenangannya. Bagi pria, itu adalah kelegaan karena sudah berjuang melewati berbagai hal.

Harus tetap bahagia

Sebagian kebahagiaan itu terenggut kala Corona menyambut. Tanggal yang sudah ditentukan seolah ujian hidup dan mati. Tak peduli, yang penting cintanya dapat dibagi kepada orang yang disayangi secara resmi.

Harus tetap bahagia meski tanpa restu banyak orang yang melihat. Impian pernikahan yang selama ini banyak dilihat, hanya berakhir pada kerabat. Tenda yang telah berdiri dan kursi yang rapi tersusun, hanya kosong melompong.

Saat menerima kotak makanan, kertas terselip diantara makanan dan penutup kotak. Hanya permintaan maaf karena tak dapat berbuat apa-apa untuk mengundang tetangga.

Saya mengerti keadaannya memang sulit. Semoga kedua mempelai bahagia selalu, sakinah mawaddah warohmah.

Wanita yang kuat, baik secara mental maupun fisik. Tetaplah menemukan impian lainnya setelah kalian menikah. Masih banyak kebahagiaan yang dapat memberi makna pada perjalanan pernikahan kelak.

...

Bukan hanya menyatukan 2 insan manusia, tapi 2 keluarga besar. Suara speaker yang terdengar dengan balutan budaya adat istiadat Jawa sebenarnya ingin disambut dengan kehadiran.

*Gambar : ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Kembali ke Jogja: Pulang