Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Gas Kosong


[Artikel 10#, kategori rumah] Terbiasa dengan beragam fasilitas yang sudah ada, belum tentu orang itu termasuk berada (Kaya). Kalau ada, kenapa dibuat merana. Kali ini tentang gas yang sangat membantu ketika tidak ada pemasukan. 

Memasak bukanlah hobi buat saya, tapi bagian penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari saat mode hemat. Saat pemasukan tidak ada, saat mencoba konsisten dengan makanan dan saat mencoba memasak dengan bahan yang murah tapi bisa bertahan lama.

Kreatif yang tidak bertanggung jawab

Dan mendadak gas di rumah habis oleh orang rumah setelah digunakan untuk memasak. Kecewa, tentu saja. Apalagi baru datang dari luar kota (Karanganyar). Awalnya tidak berpikir itu sebagai kesalahan. Wajar sajalah.

Hari berganti hari, Minggu berganti minggu. Gas tetap kosong. Sempat berpikir patungan beli gas saat masih ada uang, karena si orang rumah ini sudah menghubungi pemilik rumah, tidak jadi deh.

Kesel juga waktu itu karena pemilik rumah tidak tahu apa-apa, harus dilibatkan oleh makhluk yang menempati rumah mereka. Seharusnya inisiatif diri untuk membeli. Yang gunakan siapa, yang habiskan siapa.

Saat saya terus memasak telur hanya lewat penanak nasi, orang ini malah gunakan alat memasak yang biasa dipakai saat mendaki. 

Alatnya sederhana, dan tabung gas kecil yang biasa ditemukan di mana-mana. Saya sering melihatnya saat acara untuk memanaskan makanan.

Dia menemukan solusi bagi dirinya sendiri. Sisi kreatif yang perlu diapresiasi. Namun saya membenci sikapnya yang tidak bertanggung jawab.

Andai dia berinisiatif membeli gas dengan cara patungan, mungkin saya menyerahkan uang yang saya dapatkan dari luar kota. Meski itu tidak banyak. Setidaknya kompor dapat menyala.


Ketika kompor bisa digunakan, saya bisa memasak tempe yang saya beli dengan harga 5 ribu rupiah. Saya dapat menghabiskannya selama 1 minggu. Apalagi kebutuhan nasi masih terpenuhi.

Terkadang saya benar-benar berhemat. Dan selalu belajar dari setiap masalah yang datang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Halo, Mei 2024