[
Artikel 10#, kategori puasa] Saya selalu khawatir setiap puasa tiba. Apakah tahun ini juga bakal sama, atau ada keajaiban? Sebagai seorang muslim, tentu saya harus melakukannya. Namun terkadang, ada harga yang terus dibayar jika itu dilakukan.
Tahun 2020, tidak ada pemilik rumah yang biasanya memesan gorengan sebagai menu utama buka puasa. Suasana sepi dan saya hanya sibuk seorang diri. Orang bawah, biarlah dengan aktivitas pekerjaannya.
Seseorang di sana terus menyemangati meski ia juga sedang bekerja. Doa orang yang begitu penting bagi anaknya juga sudah terdengar dibalik suara dini hari saat mengucapkan selamat berpuasa.
Puasa pertama
Kekhawatiran yang saya maksud adalah maag yang mendadak kambuh. Karena maag ini, puasa saya pasti selesai. Maksud saya adalah tidak berpuasa.
Puasa pertama kali ini sangat spesial. Selain tetap terhubung dengannya, ini adalah perjalanan
kedua bulan kami berkomunikasi dengan jarak yang sangat jauh. Menyenangkan momen ini, hari pertama dan kedua bagi kami.
Tantangan
Puasa tahun ini yang jatuh pada tanggal 24 April, hari Jumat datang dengan banyak sekali tantangan. Indonesia,
mungkin seluruh dunia, sedang berada di tengah pandemi Corona. Bukan saja membatasi kegiatan, tapi meniadakan berbagai rutinitas. Terutama ibadah. Mau tidak mau, demi memutus penyebaran Corona.
Saya kembali membaca halaman lama yang bertema sama, yakni puasa di
tahun 2015.
Puasa berarti pagi-pagi tidak ada kopi yang nemenin saya untuk menulis. Puasa berarti mengurangi sedikit aktivitas saya yang hobi bersepeda dan berolahraga pagi.
Kopi bukan saja menawarkan semangat menulis, tapi sudah seperti candu saat sedang berkonsentrasi menyelesaikan satu halaman di blog. Kini, tidak ada kopi pagi.
Untuk bersepeda di tengah pandemi Corona, hari pertama puasa saya hanya berdiam di rumah. Tidak ada sepeda juga kali ini. Saya harus menyesuaikan diri dengan puasa. Takutnya batal dan berakibat seterusnya.
Internet sekarang ibarat kebutuhan pokok. Bila sedang gangguan atau terbatas waktu koneksi dan kuota, saya sedih sekali. Semenjak tahun ini tanpa wifi rumah, saya masih berjuang mencari solusi koneksi. Saya harap dapat aman dan nyaman, puasa tahun depan.
Terlewati
Semua pekerjaan saya di depan laptop selesai seperti biasanya. Menulis blog, memanajemen saluran media sosial, update kabar terbaru dan membaca email, semua berjalan lancar. Entah hari berikutnya.
Hari Jumat yang biasanya tugas rutin membersihkan rumah, terpaksa saya lewati dulu. Saya hanya mencoba bertahan dengan sisa tenaga yang ada saat sore hari.
Azan yang ditunggu akhirnya tiba. Nasi yang sudah mateng, air jahe hangat, buah kelengkeng, quaker yang memiliki banyak serat dan protein dan satu botol air minum. Puasa hari pertama bisa terlewati.
Yang paling penting, obat maag saya sudah sejak awal saya minum sebelum menyantap menu berbuka. Semoga saya baik-baik saja.
...
Saya berhasil melewatinya. Terima kasih kamu yang meski berbeda, tapi tetap semangatnya penuh canda. Puasa bukanlah tentang bagaimana bertahan dan melepaskan, lebih dari itu bagi mereka yang percaya sebagai makhluk dari Pencipta-Nya.
Selamat berpuasa, kalian.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar