Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Puasa dan Sepakbola


Bulan puasa kali ini selain ditemani hujan yang sepertinya merata di seluruh Indonesia, hingga membuat banjir, masyarakat khususnya pecinta sepakbola juga ditemani pertandingan sepakbola antar negara.


Saya langsung berteriak kegirangan saat bola yang disundul pemain Irlandia masuk ke gawang Italia dan membuat negara ini punya cerita manis di kejuaraan kali ini. Momen umpan bola yang ditanduk seakan melambat, istilahnya slow motion, seperti membaca gerakan lawan dan itu auranya luar biasa.

Momen yang pantas dikenang

Saya berpikir bahwa momen bulan puasa ini harus ditulis. Pikiran saya sudah melayang jauh kedepan untuk beberapa tahun kemudian. Saya tidak ingin melupakan sejarah dan bagaimana keadaan puasa tahun ini.

Saya tau, momen puasa selalu menyulitkan saya. Dari yang coba-coba akhirnya menjadi kebiasaan buruk, apalagi mengingat usia yang tak pantas disebut muda lagi.

Lupakan, saya hanya ingin bercerita saja. Momen ini harus dikenang. Banyak kejutan dari negara-negara yang dianggap baru pertama kali mengikuti Euro 2016 di Perancis tiba-tiba mendadak superior. Mengingatkan saya pada klub Leicester yang mendadak populer setelah menjuara Liga Inggris.

Diantara kejuaraan sepakbola antar negara, saya hanya tertarik pada kejuaraan di Benua Biru. Padahal, Benua Amerika juga menggelar kejuaraan antar negara di sana. Benua yang banyak melahirkan pemain Fantasista dengan decak kagum luar biasa.

Entahlah mengapa saya tidak tertarik meski ada sang raja (Messi). Ditambah negara yang biasanya saya suka, Brazil, sudah terlempar lebih cepat. Saya tidak suka dengan kondisi tersebut.

Seberapa banyak orang yang menonton sepakbola selama puasa?

Saya yakin, ini tidak dapat diukur. Terlebih buat saya yang tidak punya tim survei untuk mendapatkan informasi tersebut. Akan tetapi, beberapa teman linimasa saya pada berteriak kencang saat bola masuk ke gawang. Suara mereka memang tidak dapat saya dengar, namun kicauan mereka... anak kecil juga tahu.

...


Ketika saya belum dapat menjadi manusia sempurna selama puasa, saya tahu ini bukan salah sapa-sapa. Untunglah, kehadiran pertandingan sepakbola menutup rasa bersalah saya sejenak dan hujan mengademkan perasaan saya.

Tahun depan, kira-kira apa yang bakalan terjadi? Apakah waktu puasanya bertambah maju atau tetap di bulan seperti ini. Sungguh, yang saya pikirkan sekarang ini hanya otak saya untuk dikeluarkan.

Artikel terkait puasa :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun