Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Saya Bukan Wanita, Tapi Pria


Ini kesekian kalinya saya dipanggil mbak lewat pesan singkat atau SMS. Mau gimana lagi, nama saya memang seperti nama wanita. Tapi saat menyertakan nama saya dari orang yang tidak dikenal, bukankah itu berarti ia sudah mencari tahu atau melihat foto saya dulu.

Saya langsung cepat-cepat menulis tentang kejadian hari ini. Buat saya ini menarik, kadang juga geli. Apalagi yang kirim pesan ingin mengajak kerjasama dengan dotsemarang untuk media partner acaranya.

Membual soal nama

Dari jaman sekolah dulu saat ditanya soal nama, saya selalu membual. Saya selalu bilang bahwa dulu orang tua saya menginginkan anak perempuan. Mereka sudah menyiapkan nama 'Asmara' mungkin pada saat itu.

Karena yang muncul adalah anak laki-laki, mereka merubahnya dengan mengganti huruf belakang dari 'A' menjadi 'i'. Dan jadilah Asmari seperti sekarang. Entah, mengapa juga tidak ada nama panjangnya.

Sudah-sudah, saya hanya membual saja alias bohong. Saya benar-benar nggak tahu mengapa saya diberi nama meski saya tahu saya lahir di malam jumat manis..hehe..

Berharap tidak terulang

Seperti mengharapkan es teh manis di siang hari, kenyataannya tidak manis seperti yang dibayangkan. Saya lupa minta gula dan biasanya es teh ini disebut teh tawar.

Saya hanya berharap kejadian ini tidak terulang meski pasti terulang karna sebuah nama. Semoga saat saya punya anak kelak, saya tidak salah memberi nama yang bakalan nasib anak saya seperti saya.

...

Mengibaratkan sebuah nama itu dalam dunia pemasaran seperti bilang, ini produk susu tapi karna namanya viagra, malah yang ada dikira obat kuat. Sungguh terlalu.

Meski begitu, saya tetap menghormati nama yang diberi orang tua saya ini. Selalu ada arti untuk sebuah nama dan harapan yang sangat tinggi untuk si anak.

Semoga orang tua di era sekarang tidak salah memberi nama.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat