Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Bekal Menginap Saat Bekerja di Luar Rumah

[Artikel 10#, kategori Dibalik Layar] Kamu tahu hal pertama yang saya khawatirkan ketika membawa pekerjaan keluar kamar adalah makanan? Bila beberapa tempat yang saya datangi bisa diakali dengan beli cemilan, kali ini saya membawa bekal, seperti sedang piknik.

Aktivitas hari ini dilakukan di hotel bintang 4, The Wujil Resort & Conventions. Kebenaran saya menginap tanggal 23 Agustus kemarin. Baca cerita saya sebelumnya tentang perjalanan ke hotel yang berada di Ungaran ini di sini.

Memang terdengar aneh atau menggelikan jika bekal makanan yang saya bawa hanya nasi dan keju. Padahal di hotel adalah gudangnya makanan.

Dini hari

Alasan saya membawa bekal adalah pekerjaan saya yang dilakukan dini hari. Saya bangun pukul setengah 2 pagi. Tentu tidak akan ada makanan di hotel. Apalagi saya tidak berencana membeli untuk kemudian di makan pas saya bangun.

Alasan kedua adalah saya membutuhkan kopi. Tapi, karena saya punya maag yang tidak dapat dikompromi, saya tidak boleh langsung meminumnya. Butuh asupan karbo sebelum menikmatinya.

Kopi adalah bagian penting saat konsentrasi hilang atau butuh detail pikiran yang tidak tenang saat mengeluarkan ide. 

Alasan terakhir adalah tentu untuk menghemat. Pandemi bukan saja merontokkan aktivitas penghasil pundi, tapi juga memaksa menghemat isi dompet. 

Saat dompet terus mengering, bahkan akhirnya saya berhutang juga, saya tidak ingin kemewahan yang didapatkan dengan menginap di hotel, membuat saya tersiksa.

Pihak hotel hanya menyiapkan kamar dan fasilitas penunjang yang dibarter dengan tulisan di blog dotsemarang. Menuju ke hotel harus mengeluarkan biaya sendiri. Meski itu tidak seberapa, kembali lagi berpikir bahwa saya sedang kesulitan keuangan. 

Kehilangan dua ribu rupiah pun rasanya sangat berharga. Karena dengan 2 ribu tersebut, saya bisa bersepeda. Soalnya pompa ban memerlukan uang segitu.

...

Apakah ini termasuk seru buatmu? Atau malah lucu, seolah saya adalah anak baik yang menuruti ibunya. Membawa bekal di umur segini, mau tidak mau rasanya.

Menulis ketika semua terlelap adalah rutinitas yang harus dilakukan. Dan itu butuh kemampuan pendukung untuk membuatnya tetap bertahan (mengantuk).

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh