Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Manajemen Air

[Artikel 23#, kategori rumah] Seseorang membuka pintu malam hari saat saya tidur terlelap. Meski begitu, ia tidak bicara dan langsung kembali menutup pintu. Entah apakah ini perasaan atau indera saya yang sensitif. Saya langsung bergegas mengecek seseorang tersebut. Ternyata si pemilik rumah yang mengeluh air habis.

Sudah 5 hari rumah terasa ramai semenjak pemilik rumah datang beserta keluarganya. Dan datang lagi keluarga lain yang semakin menambah rumah ini tidak akan sepi beberapa hari kemudian, kecuali dini hari saat saya mulai beraktivitas.

Kedatangan mereka tentu banyak memberi tawa dan perasaan bahagia. Namun sisi lain, manajemen air yang saya buat rutin, akhirnya terdampak juga. Bila biasanya dalam seminggu saya mengisi air tandon bawah 2 kali seminggu dan nyalain air pompa kurang dari 25 menit setiap hari, kedatangan mereka tentu mengubah segalanya.

Mulai dari nol lagi

Saya tidak mengeluh tentang ini, hanya melihatnya sebagai tantangan saja. Kenyamanan yang telah dibuat, ternyata tidak bertahan lama pada akhirnya. Mulai dari nol lagi untuk mengatur air di rumah.

Harus nyalain air ke tandon setiap hari. Karena manual, pelampungnya rusak, aktivitas saya dini hari selain bekerja adalah menyalain air seminggu terkahir ini.

Sedangkan pompa air juga rusak yang biasanya otomatis nyala sendiri bila air tandon di atas mulai berkurang. Biasanya saya nyalain pagi dan sore, kali ini harus 3 kali sehari. Plus, durasi waktu yang lebih lama dengan timer yang harus tetap terjaga.

Karena kembali ke nol, semua hal yang sudah saya atur tidak bisa digunakan lagi, terkadang masih saja meleset dari perkiraan. Tidak heran, pemilik rumah terkadang kehabisan air saat mandi dan orang-orang lainnya juga.

Saya jadi merasa bersalah ketika air habis meski segala daya upaya sudah dilakukan. Manusia memang tidak ada yang sempurna.

...

Begitulah kehidupan sehari-hari yang dijalani menjelang pergantian tahun baru. Kesenangan dengan suasana sepi sudah tercemar juga. Tidak ada lagi waktu bersantai sambil membaca komik seperti membayangkan di pinggir pantai.

Saya harap semuanya tetap sehat dan berjalan lancar untuk aktivitasnya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh