Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Manajemen Air

[Artikel 23#, kategori rumah] Seseorang membuka pintu malam hari saat saya tidur terlelap. Meski begitu, ia tidak bicara dan langsung kembali menutup pintu. Entah apakah ini perasaan atau indera saya yang sensitif. Saya langsung bergegas mengecek seseorang tersebut. Ternyata si pemilik rumah yang mengeluh air habis.

Sudah 5 hari rumah terasa ramai semenjak pemilik rumah datang beserta keluarganya. Dan datang lagi keluarga lain yang semakin menambah rumah ini tidak akan sepi beberapa hari kemudian, kecuali dini hari saat saya mulai beraktivitas.

Kedatangan mereka tentu banyak memberi tawa dan perasaan bahagia. Namun sisi lain, manajemen air yang saya buat rutin, akhirnya terdampak juga. Bila biasanya dalam seminggu saya mengisi air tandon bawah 2 kali seminggu dan nyalain air pompa kurang dari 25 menit setiap hari, kedatangan mereka tentu mengubah segalanya.

Mulai dari nol lagi

Saya tidak mengeluh tentang ini, hanya melihatnya sebagai tantangan saja. Kenyamanan yang telah dibuat, ternyata tidak bertahan lama pada akhirnya. Mulai dari nol lagi untuk mengatur air di rumah.

Harus nyalain air ke tandon setiap hari. Karena manual, pelampungnya rusak, aktivitas saya dini hari selain bekerja adalah menyalain air seminggu terkahir ini.

Sedangkan pompa air juga rusak yang biasanya otomatis nyala sendiri bila air tandon di atas mulai berkurang. Biasanya saya nyalain pagi dan sore, kali ini harus 3 kali sehari. Plus, durasi waktu yang lebih lama dengan timer yang harus tetap terjaga.

Karena kembali ke nol, semua hal yang sudah saya atur tidak bisa digunakan lagi, terkadang masih saja meleset dari perkiraan. Tidak heran, pemilik rumah terkadang kehabisan air saat mandi dan orang-orang lainnya juga.

Saya jadi merasa bersalah ketika air habis meski segala daya upaya sudah dilakukan. Manusia memang tidak ada yang sempurna.

...

Begitulah kehidupan sehari-hari yang dijalani menjelang pergantian tahun baru. Kesenangan dengan suasana sepi sudah tercemar juga. Tidak ada lagi waktu bersantai sambil membaca komik seperti membayangkan di pinggir pantai.

Saya harap semuanya tetap sehat dan berjalan lancar untuk aktivitasnya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya