Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kegiatan Pertama di Bulan Desember 2020

[Artikel 99#, kategori aktivitas] Saya bersyukur Minggu pertama bulan Desember, ada rejeki menghampiri pikir saya. Undangan untuk acara di Kota Lama langsung saya terima saat dikabarin untuk hadir hari Jumat (4/12/2020). Ada konferensi pers di sana. Dan tentu saja, undangan kebanyakan awak media.

Seperti biasa, tiap datang acara, saya pergi menggunakan sepeda. Dalam perjalanan saya memikirkan bagaimana mengatur keuangan setelah mengikuti kegiatan. Saya sangat berharap dari kegiatan ini, setidaknya bisa membeli makan kucing dan kuota bulanan. 

Tidak seberapa memang jumlahnya, tapi selalu bersyukur karena makanan kucing sangat penting untuk dibeli. Setidaknya 2 minggu ke depan tetap aman tanpa harus berhutang.

Sosialisasi buku

Saya tiba lebih awal sebelum acara dimulai. Tentu saja, daftar hadir yang ada di meja panitia masih mulus bersih. Menjadi yang pertama selalu menyenangkan karena bisa dibawa santai. 

Ternyata acara hari ini adalah sosialisasi buku yang menjadi pedoman para pelaku desain tanah air, khususnya mereka yang menjadikan desain sebagai profesi.

Buku yang dibuat sejak tahun 2017, selesai dicetak tahun 2019. Dan tahun ini adalah cetakan kedua kata pembicara yang mewakili Kemenparekraf.

Buku ini menuru saya sangat sakti karena bisa jadi acuan profesi untuk desainer sendiri maupun klien yang ingin menggunakan jasa pelaku desain.

Harapan tinggal harapan. Panitia mengabarkan bahwa setelah selesai acara, harus absen lagi dan mengambil bingkisan yang telah disediakan. Dan itu bukanlah harapan yang saya pikirkan sejak berangkat tadi.

Saya selalu bersyukur tentang apa yang saya peroleh. Ketiadaan itu bukanlah tujuan utama mengapa saya jadi bloger hingga sekarang. Tentu, bisa hadir di sini adalah sebuah nilai dan kepercayaan. Saya sudah bangga mendapatkan apresiasi tersebut.

...

Ini adalah kegiatan pertama di bulan Desember. Semoga ada kegiatan-kegiatan berikutnya yang mau mengundang dotsemarang bisa duduk dengan para awak media. Sesuatu itu bonus, dan semua orang tentu juga berharap demikian.

Terima kasih, Desember. Khsusnya panitia yang mengundang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya