Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Sudah Pasrah, Tapi Untung Saja Tetap Pergi

[Artikel 60#, kategori futsal] Setelah Kamis, minggu kemarin harus berhujan-hujan ria ke tempat futsal sambil bersepeda, hari ini (17/12) sepertinya saya tidak akan futsal. Hujan masih menyertai dan entah kenapa jas hujan saya hilang.

Semacam perpaduan lengkap yang begitu berjalan mulus untuk mendapatkan alasan yang tepat bahwa, hari ini saya izin tidak main futsal dulu. Malam ini, tidur saya bakal nyenyak sekali. Apalagi ditemani suara hujan yang ngangeni.

Pesan itu datang, tapi bukan dari doi. Teman yang sudah membawa saya kembali futsal saat pandemi menyakinkan saya untuk tetap datang. Bahkan, terlambat pun tidak masalah. Kalau masih belum reda, naik ojek online saja bunyi pesan WhatsApp-nya.

Saya jadi tidak enak sendiri. Padahal minggu lalu saya cukup pemberani yang berhasil menerobos hujan, tapi sekarang. Andai saja wanita saya memiliki pikiran seperti teman saya ini untuk tidak berhenti berharap dan memotivasi saya bertahan, mungkin saya akan mencintainya seumur hidup. Meski kenyataannya, ia sangat senang melepaskan saya setiap kali saya bertingkah.

Tambah 30 menit

Pesan itu membuat akhirnya membuat saya luluh. Karena selain tidak enakan, teman saya yang sering membantu saya bayar iuran pas tidak ada uang kemarin-kemarin. Saya bersiap, mengambil tas yang sudah dipersiapkan tadi.

Satu jam berlalu dari jadwal biasanya yang bermain setiap jam 7 malam. Dua aplikasi yang saya gunakan tidak juga memberi kenyamanan. Hujan jadi kendala memesan ojek online tentunya. 

Bukan hanya lama mendapatkan driver, saya sampai harus meng-cancel beberapa kali dan mendadak driver yang saya cancel ternyata tetap datang karena belum melihat ponsel pembatalannya. Lagi-lagi saya punya perasaan tidak enakan hari ini.

Akhirnya saya sampai juga di tempat futsal. Rekan-rekan sudah berada di dalam lapangan dan sedang bermain. Haha..wajah saya tersenyum namun hati saya tidak enak lagi karena sangat terlambat.

Syukurlah, durasi bermain ternyata ditambah 30 menit. Yang biasanya selesai jam 9 malam, jadi selesai jam 21.30 wib. Hujan ternyata tidak menghalangi teman-teman lain pada datang. Bahkan yang datang lebih banyak dari biasanya. Menakjubkan.

Diberi tumpangan pulang

Halaman ini tidak menceritakan tentang bagaimana saya bermain. Saya sangat senang main hari ini sebenarnya dan berhasil mencetak beberapa gol. Dibalik saya datang ke lapangan futsal ini yang lebih menarik.

Saya sempat pasrah bahwa hujan kali ini, ditambah kehilangan jas hujan, membuat saya berhenti bermain minggu ini. Padahal sudah menunggunya setiap waktu untuk bisa bermain kembali.

Motivasi dan ajakan teman yang tetap menunggu membuat saya berani melawan kepasrahaan. Saya senang punya teman seperti dia. Meski senangnya juga karna hanya bermain futsal.

Andai wanita saya memiliki sikap seperti ini, saya bakal jatuh cinta setiap hari. Apapun yang terjadi, saya akan mengikutinya.

Dan bagian akhirnya, saya diantar pulang oleh teman saya. Sungguh hujan yang menyertai langkah saya menuju rumah seperti rasa syukur kepada Tuhan bahwa masih ada orang baik yang saya temui hingga hari ini. 

Andai semua orang jadi baik, pasti dunia akan kacau dan membosankan. Terima kasih, Tuhan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh