Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

[Dibalik Layar] Kegiatan Dinas Kesehatan Kota Semarang di Bandungan

[Artikel 12#, kategori Dibalik Layar] Ketika mendapat kesempatan bisa mengikuti kegiatan Dinas Kesehatan Kota Semarang di Bandungan bulan Oktober, saya tak ambil pusing bagaimana perjalanannya ke sana. Selama saya bisa dan waktu tersedia untuk ikutan, saya langsung ambil. Keputusan tersebut seketika mengeluarkan ide untuk menggunakan transportasi umum semacam Bus Trans dan ojek online (ojol).

Satu hari berselang sebelum esoknya pergi, saya dan lainnya yang kebanyakan awak media (wartawan), datang ke Puskesmas Pandanaran yang bangunannya jadi satu dengan Dinas Kesehatan Kota.

Di sana, kita akan Rapid Test. Itu adalah syarat untuk mengikuti kegiatan yang berlangsung selama 2 hari, 16-17 Oktober 2020 di Hotel Griya Persada Bandungan. Ternyata blogernya selain saya, ada satu orang lagi. Hanya ada 2 orang saja rupanya yang berpartisipasi.

Syukurlah ada tumpangan

Saya benar-benar bersyukur, langkah mengikuti kegiatan DinKes Kota Semarang sangat baik. Pemilik website Semarang yang sangat populer di mesin pencari mengajak bareng saja ketimbang saya naik bus dan ojol nantinya setelah saya bercerita kepadanya.

Tentu kesempatan tersebut tidak saya sia-siakan. Saya sangat berterima kasih sekali kepada dia yang mau mengajak. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada saya esok hari bila tidak diajak. Mungkin sangat kerja keras dari biasanya yang hanya bersepeda sehari-hari.

Sepertinya tidak ada Ojol

Entah apakah ini hanya perasaan saya saja. Dari awal berangkat dan pulang, tidak menemukan sama sekali Ojek Online yang biasanya mudah dikenali dengan warna hijaunya selama perjalanan ke arah Bandungan dari titik awal pintu masuk Bandungan. Termasuk balik pulangnya.

Ini benar-benar mencemaskan andai saja saya tidak ada yang mengajak bareng perginya. Pengalaman pertama yang bakal membuat menderita tapi terkadang membawa banyak konten. Saya pikir akan mendapatkan hal tersebut (konten).

Mungkin saja ada, bila mau pesan dengan harga yang terbilang mahal. Semisal dari Semarang menuju Bandungan. Tapi, saya bukan tipe orang yang menghabiskan sebanyak itu dalam dompet. 

...

Saya tiba di hotel Griya Persada Bandungan dengan aman sentosa dan langsung menuju ruangan acara. Masih sepi, sambil melirik Kepala Dinas yang sudah berada di depan sambil berlaptop ria. Perlahan-lahan orang-orang mulai berdatangan.

Meski kali ini tidak banyak pengalaman yang ditorehkan, saya tetap bersyukur bahwa ada orang baik yang masih peduli dengan saya. Saya harap dia mendapatkan banyak balasan untuk kebaikannya. Sehat terus, mas. Amin.

Kecemasan terhadap koronavirus memang sejatinya juga menakutkan, tapi saya malah cemas nggak dapat ojol. Piye, sih!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat