Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ada Alasan Punya Helm Hari Ini

[Artikel 57#, kategori Pria Seksi] Karena saya ingin sedikit berguna, upaya saya ketika ia akhirnya bekerja adalah membeli helm. Saya membayangkan akan menjemputnya sekarang. Apalagi jam kerjanya seperti orang hotel saat ia berada di luar negeri. Malam. Saya terlalu khawatir untuk memikirkannya.

Saya tidak menyangka akhirnya harus kembali bersentuhan dengan kendaraan roda dua. Hampir 8 tahun bersepeda, saya tidak tahu lagi kabar Surat Izin Mengemudi (SIM) yang masih saya simpan. Ya, sudah expired total. 

Meski hari ini harus kembali mengendarai, cinta memang membutakan, saya tidak menyesal tidak memperpanjang SIM saat masa berlakunya sudah mau habis waktu itu. 

Pulang berdua

Melegakan rasanya membawanya pulang sampai rumahnya. Dinginnya malam memang merasuk sampai tulang, tapi ketika pulang berdua bersamanya, perasaan setidaknya lebih hangat karena tidak khawatir.

Niat dan upaya saya tidak sia-sia hari ini. Bahkan malam perayaan tanggal jadian, kami rayakan berdua sambil sarapan pagi. Eh makan malam. Itu luar biasa, dan pengalaman yang tidak terlupakan.

Waswas

Meski akhirya bisa pulang berdua, saya tetap waswas. Terkadang saya bersyukur saat gerimis datang, karena tidak khawatir ada polisi sedang patroli. Atau kisah miris pengendara yang sial karena begal.

Kasian dia sampai menjadi korban dan saya tidak bersamanya. Malam begitu menakutkan. Sial bisa datang tanpa diundang.

...

Helm yang saya beli tidak begitu mahal dan bukan barang yang baru. Saya tahu bahwa kantong tidak mendukung hari ini. Tapi bukan itu yang ingin saya terjemahkan mengapa saya harus membeli helm.

Menjaganya, pulang bersama dan berkorban dari jam tidur hanya untuk pasangan. Begitulah cinta, ada banyak hal yang ingin dilakukan. Meski terkadang itu berlebihan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh