Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Ada Alasan Punya Helm Hari Ini

[Artikel 57#, kategori Pria Seksi] Karena saya ingin sedikit berguna, upaya saya ketika ia akhirnya bekerja adalah membeli helm. Saya membayangkan akan menjemputnya sekarang. Apalagi jam kerjanya seperti orang hotel saat ia berada di luar negeri. Malam. Saya terlalu khawatir untuk memikirkannya.

Saya tidak menyangka akhirnya harus kembali bersentuhan dengan kendaraan roda dua. Hampir 8 tahun bersepeda, saya tidak tahu lagi kabar Surat Izin Mengemudi (SIM) yang masih saya simpan. Ya, sudah expired total. 

Meski hari ini harus kembali mengendarai, cinta memang membutakan, saya tidak menyesal tidak memperpanjang SIM saat masa berlakunya sudah mau habis waktu itu. 

Pulang berdua

Melegakan rasanya membawanya pulang sampai rumahnya. Dinginnya malam memang merasuk sampai tulang, tapi ketika pulang berdua bersamanya, perasaan setidaknya lebih hangat karena tidak khawatir.

Niat dan upaya saya tidak sia-sia hari ini. Bahkan malam perayaan tanggal jadian, kami rayakan berdua sambil sarapan pagi. Eh makan malam. Itu luar biasa, dan pengalaman yang tidak terlupakan.

Waswas

Meski akhirya bisa pulang berdua, saya tetap waswas. Terkadang saya bersyukur saat gerimis datang, karena tidak khawatir ada polisi sedang patroli. Atau kisah miris pengendara yang sial karena begal.

Kasian dia sampai menjadi korban dan saya tidak bersamanya. Malam begitu menakutkan. Sial bisa datang tanpa diundang.

...

Helm yang saya beli tidak begitu mahal dan bukan barang yang baru. Saya tahu bahwa kantong tidak mendukung hari ini. Tapi bukan itu yang ingin saya terjemahkan mengapa saya harus membeli helm.

Menjaganya, pulang bersama dan berkorban dari jam tidur hanya untuk pasangan. Begitulah cinta, ada banyak hal yang ingin dilakukan. Meski terkadang itu berlebihan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Kembali ke Jogja: Pulang

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift