Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo Oktober 2020


[Artikel 81#, kategori catatan] Akhir bulan September terasa panjang kali ini. Dan juga, sangat melelahkan. Lagi-lagi kedewasaan umur diuji, milih menyerah dan ikhlas. Atau berusaha dengan keras yang hasilnya juga sia-sia. Tidak ada yang baik untuk dipiih.

Awal bulan Oktober saya dihadapkan dengan sebuah dilema. Satu sisi ingin bekerja seperti biasanya, kebenaran ada staycation di hotel. Dan satu lagi memikirkannya yang membuat jarum jam terasa lambat.

Famtrip Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang

Saya sangat senang kembali terlibat kegiatan semacam ini di ujung akhir bulan September, tepatnya tanggal 29 September. Kali ini rombongan bloger tidak sendiri, ada rekan media yang mengikuti.

Famtrip kali ini penuh ke hati-hatian, terutama konten yang bakal dibagikan. Pandemi tidak bisa dianggap remeh meski protokol kesehatan tetap dijalankan.

Saya bersyukur bahwa saya baik-baik saja hari ini. Namun yang tidak baik adalah feedback yang tidak dapat dinikmati. Amplop putih yang didapat, habis sekali pakai untuk pulang dari Ungaran sampai rumah.

Tapi, saya mengikuti kegiatan seperti ini bukanlah mengejar materi. Pengalaman menjelajah, melihat dengan mata sendiri, dan mengemasnya nanti menjadi konten. Itu yang utama.

Putus yang entah ke berapa?

Saya pikir kebahagiaan yang saya tularkan selama kegiatan famtrip akan berimbas dengan moodnya. Nyatanya saya seperti tersambar gledek di tengah siang bolong.

Hari yang begitu panjang untuk membuatnya kembali sadar. Saya tetap tidak bisa berbuat apa-apa meski kami sudah merayakan 7 bulan dengan rasa bahagia.

Saya benar-benar ikhlas bila ia pergi saat itu. Kebahagiaannya lebih penting dan perjalanannya masih panjang, pikir saya ngedrama keadaan.

Tidak enak diputuskan hanya lewat pesan tanpa tatap muka. Saya seperti dejavu kembali ke masa lalu. Saya tidak mengerti mengapa situasinya sama.

Namun ketika sudah merelakan ia sendiri, dia malah datang dengan kekacauan yang sengaja dibuat. Kami tertawa, dan ia benar-benar puas karenanya. Syukurlah, perjalanan kami belum berakhir kali ini.

...

Selamat datang bulan Oktober kali ini yang sudah memberi kejutan. Pertengahan bulan, kegiatan saya bakal lebih seru. Semoga saja saya dapat memaksimalkannya.

Namun disamping itu, ada peristiwa yang juga penting. Saya harap pandemi lekas berlalu. Agar saya tidak selalu waswas. Semoga kami semua bahagia, selalu diberi kesehatan dan keselamatan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat