Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Jumat Hari Ini, Alasan Tidak Bersepeda

[Artikel 25#, kategori sepeda] Hampir seminggu ini bersepeda rutin tiap pagi. Sayangnya hari Jumat ini, malah gagal. Tubuh letih semalam selesai futsal memang terasa, tapi seharusnya bisa teratasi. Namun karena lelah tersebut membuat tidur lebih panjang, bangun pagi jadi molor sampai jam 4 dini hari. Mau tidak mau, pekerjaan yang biasanya dilakukan dari jam 2 dini hari, harus dikebut untuk diselesaikan.

Setiap hari selalu punya cerita. Entah itu ringan atau berat. Banyak hal manfaat dari bercerita lewat tulisan seperti ini, meski itu terlihat menderita. Tapi tunggu dulu, terkadang tujuannya bukan untuk dikasihani. Lebih punya arsip yang kelak di masa depan dapat dibaca atau diingat kembali.

Memilih menyelesaikan tugas

Meski niat bersepeda akhir-akhir ini sudah menyimpang, tidak lagi sekedar berolahraga, menjaga kondisi tubuh pagi hari sangatlah penting. Terkadang efeknya berbeda-beda, tapi untuk saya sendiri dapat mempengaruhi mood dan menjaga kualitas seharian hingga jam tidur.

Pokoknya kalau mau tidur cepat seperti saya, sebelum jam 9 malam, tipsnya tubuh dibuat capek. Capek di sini dengan berolahraga atau hal lainnya yang membuat tubuh terus bergerak.

Sebentar lagi azan subuh berkumandang, tangan saya melirik jam yang ada di handphone. Duh, telat bangun pikiran saya mulai bekerja setelah kebangun.

Usai mandi dan membuat segelas kopi, plus sarapan, azan akhirnya memanggil.

Nyalain WiFi dari handphone, buka laptop setelah tugas sebelumnya selesai, ini waktunya menyelesaikan pekerjaan yang tertunda karena ketiduran.

Waktu terus berjalan dan tinggal 30 menit sebelum menyentuh angka pukul 7 pagi. Ada kesempatan update Instagram yang memanfaatkan kuota malam internet. Maklum, setelah jam 7 lewat paket malam langsung berhenti.

Akhirnya pekerjaan selesai meski tidak sepenuhnya usai. Mengorbankan bersepeda mungkin membuat perasaan dilema, tapi memilih apa yang harus diperhatikan yang paling utama tentu mengurusi dotsemarang.

Tubuh ini terbaring di atas sofa lembut dengan jendela terbuka. Angin sepoi-sepoi yang lewat menyentuh tubuh membuat perasaan tentram. Tanpa sadar, cerita yang dibuat ini sudah selesai diketik. Hanya lewat handphone cerita ini saya taruh di halaman blog ini.

Terima kasih sudah membacanya. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile