Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Futsal Dadakan

[Artikel 65#, kategori futsal] Hari ini bukan hari Kamis yang biasanya bermain futsal beberapa bulan terakhir, tapi hari Selasa. Mendadak sebuah telpon dari rekan futsal yang mengajak bermain malam ini. Sebuah kejutan mengetahui tempat futsal ini saat tiba di sana.

Selasa malam (9/3), langkah kaki berjalan lebih cepat. Saya tidak menggunakan sepeda hari ini. Saya sudah janjian untuk ketemu di dekat jalan utama, kurang lebih 1 km dari rumah. Lumayan berjalan kaki, sekalian pemanasan.

Tidak apa-apa, lagian main futsal kali ini juga tidak biasanya dan lokasinya juga tidak tahu. Karena diajak dan diberi tumpangan, saya nurut-nurut saja.

Kagum dengan lapangan

Semenjak mulai bermain rutin 2 tahun terakhir, lapangan jenis rumput sintetis sangat akrab dengan permukaan sepatu. Meski rumput, terkadang itu tetap saja menyakitkan dan memberi bekas luka.

Akhirnya saya tiba di lokasi. Tidak terlihat itu adalah tempat bermain futsal bila melihat dari jalan utama (jalan raya). Sekitarnya ada banyak outlet saja.

Ternyata kita harus masuk ke dalam dan di sanalah lapangan berada. Bukan lagi rumput, tapi jenis lapangan interlock. Lantai yang berbahan plastik polypropylene dan berbentuk kotak-kotak yang dijadikan satu, mirip puzzle.

Namanya New Golden Futsal yang beralamat di jalan Wolter Monginsidi No.375, Pedurungan Tengah, Semarang Timur. Hanya ada 2 lapangan futsal, namun memiliki warna yang kontras yang terlihat sangat menarik mata.

Level pemain

Tempat baru, suasana baru dan juga, para pemain yang baru dikenal. Meski beberapa juga sudah saling mengenal. Mengejutkan untuk melihat potensi beberapa pemain muda. Entah apakah faktor lapangan yang begitu nyaman, melihat aliran bola dan teknik mereka benar-benar terasa di atas level biasanya.

Ada juga pemain senior yang mencuri perhatian saya meski bermainnya tidak begitu atraktif. Mengejutkan beberapa kali saya dikerjain.

Semua umpannya bukan umpan pemain biasa. Rasanya pengalaman sebagai pemain sangat mempengaruhi semua pergerakannya. Pertunjukkan saya yang kembali jadi kiper penuh penyelamatan terasa tidak ada apa-apanya setiap berhadapan dengannya.

...

Tidak terasa 2 jam berlalu. Saya sangat menyukai peran saya hari ini. Entah apakah Minggu depan akan kembali ke sini, mengingat masalah transportasi dan keuangan yang tidak stabil masih jadi kendala.

Saya bersyukur kali ini diajak dan diberi fasilitas untuk bermain. Saya hanya perlu berangkat tanpa memikirkan keduanya (transportasi dan uang lapangan) kemarin. Kalau diajak lagi, rasanya tidak enak juga. Duh, hari Kamis saya harus main lagi.

Mencintai sesuatu memang tidak ada yang gratis di muka bumi ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya