Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Futsal Dadakan

[Artikel 65#, kategori futsal] Hari ini bukan hari Kamis yang biasanya bermain futsal beberapa bulan terakhir, tapi hari Selasa. Mendadak sebuah telpon dari rekan futsal yang mengajak bermain malam ini. Sebuah kejutan mengetahui tempat futsal ini saat tiba di sana.

Selasa malam (9/3), langkah kaki berjalan lebih cepat. Saya tidak menggunakan sepeda hari ini. Saya sudah janjian untuk ketemu di dekat jalan utama, kurang lebih 1 km dari rumah. Lumayan berjalan kaki, sekalian pemanasan.

Tidak apa-apa, lagian main futsal kali ini juga tidak biasanya dan lokasinya juga tidak tahu. Karena diajak dan diberi tumpangan, saya nurut-nurut saja.

Kagum dengan lapangan

Semenjak mulai bermain rutin 2 tahun terakhir, lapangan jenis rumput sintetis sangat akrab dengan permukaan sepatu. Meski rumput, terkadang itu tetap saja menyakitkan dan memberi bekas luka.

Akhirnya saya tiba di lokasi. Tidak terlihat itu adalah tempat bermain futsal bila melihat dari jalan utama (jalan raya). Sekitarnya ada banyak outlet saja.

Ternyata kita harus masuk ke dalam dan di sanalah lapangan berada. Bukan lagi rumput, tapi jenis lapangan interlock. Lantai yang berbahan plastik polypropylene dan berbentuk kotak-kotak yang dijadikan satu, mirip puzzle.

Namanya New Golden Futsal yang beralamat di jalan Wolter Monginsidi No.375, Pedurungan Tengah, Semarang Timur. Hanya ada 2 lapangan futsal, namun memiliki warna yang kontras yang terlihat sangat menarik mata.

Level pemain

Tempat baru, suasana baru dan juga, para pemain yang baru dikenal. Meski beberapa juga sudah saling mengenal. Mengejutkan untuk melihat potensi beberapa pemain muda. Entah apakah faktor lapangan yang begitu nyaman, melihat aliran bola dan teknik mereka benar-benar terasa di atas level biasanya.

Ada juga pemain senior yang mencuri perhatian saya meski bermainnya tidak begitu atraktif. Mengejutkan beberapa kali saya dikerjain.

Semua umpannya bukan umpan pemain biasa. Rasanya pengalaman sebagai pemain sangat mempengaruhi semua pergerakannya. Pertunjukkan saya yang kembali jadi kiper penuh penyelamatan terasa tidak ada apa-apanya setiap berhadapan dengannya.

...

Tidak terasa 2 jam berlalu. Saya sangat menyukai peran saya hari ini. Entah apakah Minggu depan akan kembali ke sini, mengingat masalah transportasi dan keuangan yang tidak stabil masih jadi kendala.

Saya bersyukur kali ini diajak dan diberi fasilitas untuk bermain. Saya hanya perlu berangkat tanpa memikirkan keduanya (transportasi dan uang lapangan) kemarin. Kalau diajak lagi, rasanya tidak enak juga. Duh, hari Kamis saya harus main lagi.

Mencintai sesuatu memang tidak ada yang gratis di muka bumi ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh