Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Futsal Terakhir Bulan Februari 2021

[Artikel 64#, kategori futsal] Sepertinya makin ke sini, posisi kiper lebih menantang ketimbang beradu skil di tengah lapangan. Sensasinya berbeda. Jatuh ke kanan, maju ke depan dan terkadang salah mengantisipasi bola yang datang. Padahal sudah sesuai pandangan. 

Kamis terakhir di bulan Februari, jatuh pada tanggal 25. Bersyukur cuaca lebih kalem dari Minggu lalu. Karena kamis terakhir, maka sudah waktunya memikirkan iuran bulanan yang sebentar lagi di depan mata. Ya, bulan Maret. 

Sial, dua bulan terakhir masih tanpa pendapatan. Sisa uang dari keluarga sangat tipis. Untuk futsal, saya akan usahakan pastinya.

Nambah 5 ribu

Saya adalah pemain yang beruntung karena iurannya ditalangin separuh oleh sesama rekan. Namun beberapa minggu terakhir, waktu bermain dua jam terasa kurang. Mau tidak mau harus nambah uang iuran. Semoga bulan Maret, saya tidak berhutang.

Ya, semua sepakat menambah durasi 30 menit. Itu artinya total waktu bermain futsal kami 2 jam 30 menit. Entah kenapa nominal 5 ribu terasa berat buat saya. Tapi ya, sudahlah.

Semakin menyukai jadi kiper

Sudah 3 minggu terakhir saya menambahkan kaos kaki tambahan di lutut. Tiap menerjang bola, rumput buatan selalu memberi bekas luka. Tiap selesai bermain dan mandi, itu terasa perih. Terutama bagian lutut.

Semua sudah resiko karena posisi kiper yang selalu diambil. Teman-teman tidak ada yang spesialis kiper, ada pun jarang-jarang nongol. Daripada mengundi siapa yang harus menjaga gawang, lebih baik saya berinisiatif.

Hari ini saya meski bermain baik, tetap saja kecolongan alias kebobolan. Konyolnya sebagian besar karena kesalahan sendiri yang salah mengantisipasi.

Cepat pulang

Sudah dua pekan belakangan ini, perasaan setelah selesai terasa ada beban. Seseorang sedang menunggu di sana. Mau tidak mau, harus cepat pulang agar tidak membuatnya khawatir.

Tapi tanpa ada dia pun, saya juga jarang ikut berkumpul dengan rekan-rekan lain yang biasanya selesai bermain langsung mencari makan.

Sudah tahu kan alasannya? Bayar futsal aja dibayarin, gimana mau ikut nimbrung makan dengan isi dompet yang melompong.

...

Saya berdiri memperhatikan lapangan yang terasa seperti sedang bermain catur. Semua kelihatan dan tampak jelas. Sesaat, asap keluar dari tubuh. Saya kaget awalnya, apakah ada yang bakar-bakar atau sedang merokok di belakang?

Itu ternyata suhu tubuh yang sedang meningkat, plus cuaca yang sedang dingin setelah paginya hujan. Beberapa hari Kota Semarang memang sering hujan, mungkin itu salah satu faktornya.

Alhasil, lapangan yang kami gunakan terlihat kabut di tengah-tengah permainan. Semua tubuh para pemain mengeluarkan asap.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions

Review Film Tum Bin 2 (2016)