Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tidak Enaknya Jadi Pria Single di Umur 30-an

[Artikel 6#, kategori pria 34 tahun] Sering dengar, baik di komik maupun film drama Korea yang mengatakan 'enaknya jadi muda'. Sepertinya itu benar. Usia seperti saya saat ini, meski sepi itu seperti kemewahan, tetap saja saat dilanda kegalauan perasaan juga tidak karuan. Seolah dituntut untuk mengerti keadaan dan tidak boleh mengeluh.

Hari ini perasaan saya sedang tidak enak. Berharap dia datang dan berusaha keras memperbaiki masalah yang kemarin sengaja ia perbuat, nyatanya malah kebalikan. Saya harus berusaha membuatnya baik-baik saja. Sedangkan dia malah nonton drama Korea.

Ngambek, seperti tidak pantas

Ketika menghadapi masalah, kenapa saya tidak bisa mendapatkan tiket sebagai manusia yang juga rapuh dan ingin dipeluk. Dikejar dan dimasakin makanan yang enak agar suasana hati kembali normal kembali.

Saya ingin juga ngambek karena dibuat kesal dan marah. Membiarkannya tanpa komunikasi dan memperlihatkan betapa saya sangat marah kepadanya. Kata orang, sebesar marah yang ditunjukkan, maka sebesar itulah cinta yang diberikan.

Sayangnya, ia membiarkan saya dalam kekacauan pikiran diri sendiri. Mentang-mentang wanita dan masih muda, seakan ngambek tidak berarti kepadanya. Ingat umur, pikiran saya terus dipukul otak kanan dan kiri. Masa pria umur 30-an tahun ngambek?

Sepi yang terasa sesak

Perasaan yang tidak baik-baik saja yang selama ini saya alami kali ini, benar-benar buruk karenanya. Sepi yang begitu dipuja, hanya kiasan kata-kata dalam setiap artikel yang dibaca.

Sepi hari ini terasa sesak. Rasanya ingin menjadi muda lagi. Ketika amarah dan perasaan kesal dapat dibuang dengan banyaknya pertemanan, sepi pasti tidak terasa. Saya bisa pergi ke sana dan bertemu siapa saja, termasuk lawan jenis.

Bersenang-senang tanpa memikirkan tanggung jawab. Ketika uang habis, bisa minta orang tua atau ngutang sama orang-orang yang dianggap baik adalah teman. Setidaknya kita tidak sendiri.

Berbanding terbalik dengan usia saya sekarang yang sudah menghindari orang-orang, mau jalan-jalan harus memikirkan banyak hal. Ingat uang di dompet yang melompong, ingat kerjaan yang belum selesai, tugas rumah, waktunya istirahat dan jangan lupa kasih makan kucing.

Menghela nafas.

Saya tahu, tidak selamanya saya bisa bahagia atau bersedih. Semua memiliki porsinya. Tinggal bagaimana menempatkan diri saja. Apalagi ada seseorang yang diandalkan untuk berbagi.

...

Jadi, sebelum kamu berada diposisi saya, nikmati masa mudamu dengan bertanggung jawab. Kesepian tidak dapat terhindari. Apalagi saat pasanganmu menunjukkan sikap acuhnya. Dunia terasa hanya kamu sendiri yang berdiri.

Hari ini saya harus melalui ini dan mengatakan bahwa saya tidak baik-baik saja. Semoga hari esok, lebih baik lagi. 

Terkadang, kita dituntut menyelesaikan masalah sendiri tanpa ada orang yang merasa dirugikan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya