Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Sekali Melakukan Kebohongan, Maka Itu Bisa Jadi Kebiasaan

[Artikel 63#, kategori Pria Seksi] Ketika kita mencintai seseorang, bukan hanya diikuti rasa kebahagiaan. Tapi juga perasaan disakiti, meski terdengar sederhana di telinga. Dilema sebenarnya, satu sisi disuruh mengerti dan satu sisi tidak percaya bahwa dia melakukannya saat masih bersama. Parahnya, setelah putus pun masih melakukan hal yang sama.

Apa yang terjadi itu membuat saya tidak habis pikir. Dia melakukannya tanpa merasa bersalah. Parahnya, situasi saat itu yang sedang terjadi, kami sedang mengalami sesuatu yang tidak enak. Status kami sedang dalam hubungan.

Hari ini saya mendengarnya cerita utuhnya yang sudah membuat saya penasaran lama semenjak ia mengunggah fotonya. 

Karena status sekarang sudah tidak berhubungan, saya tidak memiliki hak untuk marah karena yang telah dilakukannya. 

Namun ternyata, kejadian terulang kembali. Hubungan pertemanan dan masih memiliki kasih sayang yang ingin saya tunjukkan, ia kembali melakukannya.

Padahal momen tertentu saat ia meminta tolong, saya berkorban diri menolongnya dari kemarahan yang dilakukan karena pekerjaan.

Ternyata beberapa hari kemudian, saya merasa terkhianati. Ia melakukannya kembali. Jerih payah untuk menjemputnya, dicuekin, dimarahin dan diabaikan hari ini terasa begitu melekit.

Ia baik-baik saja dan malah melakukan kegiatan dengan lain dan ia sangat bangga. Apa yang dilakukan saat masih berstatus hubungan, ia lakukan kembali saat kami tidak berstatus.

Menjadi kebiasaan

Pada akhirnya saya menyadari sebaik apapun yang ia katakan. Pelukan hangat yang ia berikan dan ciuman mesra penuh kehangatan yang membuat pria deg-degan, tidak akan mengubah sifat apapun pada dirinya.

Sekali berbohong, maka akan dilakukan berulang-ulang. Dan menjadi sebuah kebiasaan yang dianggap hal biasa untuknya. Benar-benar tidak merasa bersalah sekali pun ketika ini menjadi kebiasaan.

Buruknya, ketika seseorang begitu mencintainya. Pria itu hanya mempercayai saja dan merasa ia tidak bersalah apapun. Kepolosan wajah kekasih yang berbohong tidak mampu mengalahkan kebucinan seseorang yang menganggapnya ia adalah dewi.

Oh ya, itu akan merembet kemana-mana. Bukan hanya pada hubungan dua orang manusia sebagai kekasih, tapi pertemanan, pekerjaan dan lainnya.

...

Atas nama apapun, dalam berhubungan sebaiknya hindari kebohongan. Karena itu merupakan salah satu masalah yang akan memicu rasa ketidakpercayaan. 

Merasa terkhianati, terabaikan, hancurnya sebuah nilai dan perasaan sebagai manusia yang tidak dianggap. Cobalah untuk tidak melakukannya, apapaun alasannya.

Mari menjaga seseorang yang terus berusaha mencintai dan sabar menghadapi kita. Kehilangannya adalah penyesalan terbesar. Meninggalkannya (orang yang mencintai kita dengan tulus) adalah keburukan sebagai manusia yang hidup di muka bumi. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions

Review Film Tum Bin 2 (2016)