Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Pergi Ke Gunung

[Artikel 30#, kategori Amir] Entah sejak kapan, gunung menjadi ramah untuk didatangin. Begitu terlihat menarik baginya seolah prestasi untuk label seorang pria. Dibalik kemewahan itu, ia lupa siapa sebenarnya dirinya.

Ketika dukungan membentuk seseorang, tak lantas harus berpaling pada kenyataan. Bahkan, melupakan. Yang terjadi hari ini adalah kesalahan dan semoga suatu hari ia menyesal melakukan.

Tebakan benar, semakin hari ia semakin jumawa. Dari yang biasa, menjadi terkesan luar biasa. Seolah kenyamanan membutakan dirinya yang sederhana.

Akhir pekan yang seharusnya datang dengan keuletan dan perhatian dari keadaan, malah dibuang dengan keinginan lebih besar. Merayakan kepuasaan batin dan hegemoni orang-orang yang saling mengenal.

Di tempat asal, rumah yang seharusnya memberi kenyamanan malah tidak diperlakukan semestinya alasan ia tinggal.

Seolah bertukar peran, siapa tuan dan siapa pembantu. Apakah pengalaman tinggal di kamar kosan membuat acuh terhadap lingkungan yang lebih besar.

Entahlah, sikap peduli yang ditunjukkan kepada banyak orang hanya mampu mereka rasakan saat awal pertemuan. 

Semoga ketidakdayaannya tidak menjadi bumerang di masa depan. Karena kita hidup bukan tentang bagaimana cara bertahan, tapi sikap peduli terhadap lingkungan yang membentuk karakter kita.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions