Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Jangan Biarkan Itu Terbuka


[Artikel 27#, kategori Amir] Saya menyukai orang-orang yang memiliki efek kejut atau tidak terduga. Hanya saja, terkadang semua harapan tidak dapat disematkan pada keseluruhan. Lelah rasanya untuk menjaga momentum itu tetap sempurna.

Kita selalu bersemangat tentang sesuatu secara bersama atau sesuatu yang menarik perhatian. Ada ruang untuk berkembang dan dikenal. Nilai kita jadi tinggi.

Tapi itu semua akan sia-sia jika yang sebenarnya tidak sesempurna itu. Kekurangan bukan untuk ditunjukkan, tapi bagaimana menjadikan kekurangan sebagai kekuatan.

Kesalahan berulang tentu seharusnya diperbaiki, bukan membuat sakit hati. Orang-orang yang sudah mati rasa, tidak akan lagi bersedia menjaga perasaan itu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh