Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Nasi Keju 2.0 (Nasi Goreng Keju)


[Artikel 15#, kategori puasa] Setelah 4 tahun, saya baru mendapatkan ide mengembangkan nasi keju yang saya buat menjadi nasi goreng keju. Kalau dipikir, menu ini sudah biasa terdengar. Namun untuk saya, ini adalah pencapaian dari kondisi yang saya rasakan.

Semenjak debut bulan Februari 2016, nasi keju adalah makanan yang menurut saya itu murah meriah dan sangat mudah diolah. Semenjak itu, ketika situasi saya mengharuskan menghemat, saya membuat nasi keju.

Nasi goreng keju

Menu yang saya buat hari ini berevolusi menjadi nasi goreng keju. Kondisi pandemi Corona turut andil yang akhirnya membuat saya sering membuat nasi goreng keju ketimbang nasi keju biasa.


Tidak ada undangan acara, liputan, iklan maupun endorse yang datang ke blog dotsemarang. Sebagai orang kreatif yang mengandalkan blog sebagai ladang pekerjaan utama, itu benar-benar membuat jatuh pengeluaran. Dan akhirnya saya berhutang juga karena makanan kucing sudah habis.

Memikirkan makan apa hari ini, membuat saya berpikir untuk melihat sisa-sisa bahan makanan apa saja yang ada di dapur. Saya tak menyadari bahwa ada beberapa bumbu nasi goreng yang dibeli oleh pemilik rumah.

Hanya mengandalkan intuisi, saya mencoba membuatnya. Lumayan, ada rasanya kali ini hidangan nasi keju. Tentu bosan juga jika harus memakannya setiap hari. Apalagi selama puasa, nasi keju juga jadi menu sahur tahun ini.

Akhirnya saya mencoba membuatnya. Menyalakan kompor, menyiapkan nasi dengan porsi sedang, memotong kecil-kecil keju yang sudah saya beli dan mulai mengaduk-aduk.

Beberapa awal percobaan memasak, saya belum puas dengan rasanya. Tanpa sadar, bumbu nasi goreng tinggal satu bungkus. Saya sendiri terus memasaknya hampir setiap hari. Benar-benar mode hemat sehematnya.

Dan tara, nasi goreng yang saya harapkan akhirnya sudah bisa saya nikmati ala saya. Entah orang lain bagaimana merasakannya, andai, saya memberikannya.





...

Nasi goreng keju tak butuh banyak biaya membuatnya, selama itu ada kompor. Saya beli bumbu lagi yang harganya cuma 2 ribuan dan keju dengan harga 10 ribuan. Dan semua itu, dapat saya nikmati lebih dari seminggu.

Oh ya, untuk nasi tentu sudah ada sendiri. Di rumah, selalu ada nasi yang siap dimodifikasi seperti yang saya lakukan. Kira-kira, evolusi apa lagi yang bakal saya buat?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift