Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Ke Jakarta Hanya Membawa 50 Ribu Rupiah

[Artikel 2#, kategori Jakarta] Saya tidak sedang membuat konten clickbait, tapi memang benaran uang yang saya bawa hanya 50 ribu rupiah saat pergi ke Jakarta. Saya datang ke Ibu Kota dalam rangka launching acara ASUS Indonesia. Mungkin kamu mengerti soal ini dari aktivitas saya.

Pantes saja. Ya, begitulah ketika sebenarnya hanya perlu membawa diri dan satu tas saat menerima undangan dari ASUS. Pesawat tinggal naik dan turun. Menginap, tinggal tidur dan menikmati langit Ibu Kota kala sedang sendiri pagi hari.

Hanya 50 ribu

Tahun 2017, saya pernah menulis tentang 50 ribu itu sangat berarti. Ada di bawah link-nya. Itu benar sekali, punya uang segini (50K) di dompet adalah kebanggaan.

Tidak mudah mendapatkan 50 ribu saat sekarang ketika kebutuhan harus terpenuhi, seperti kuota internet dan makanan kucing. 

Jadi ketika beberapa kali ke Jakarta dalam rangka acara ASUS, isi dompet saya berisi 50 ribu. Selembar itu saya gunakan untuk bertahan 1 bulan. Bisa dibayangkan, jika uang ini terpakai saat di Jakarta. 

Dompet saya langsung kosong.

Apalagi saat pandemi sekarang, pengennya ada barang-barang yang dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Jadi tidak heran ketika rekan-rekan bloger yang turut hadir saya jarang nimbrung saat sesi malam yang kosong sebelum esok bertarung (launching).

Saya pasti memilih tidur. Bukan karena saya menghindari mereka. Tidur benar-benar jadi kebiasaan, dan ketika lewat jam tidur. Saya benar-benar mengantuk.

Dan beban juga kadang bila ikutan kegiatan di luar acara tanpa ikut berbelanja, semisal haus beli minum di jalan atau nyemil. Saya berusaha mempertahankan 50 ribu tersebut hingga pulang kembali ke Semarang.

Takutnya ada pengeluaran tidak terduga. Terutama bila tawaran sepi untuk dotsemarang.

...

Saya hanya ingin bercerita, bagaimana perjalanan saya ketika pergi ke Jakarta saat acara. Sebenarnya juga tanpa bawa uang sepeserpun bisa saja. 

Haha..saya bercanda. Karena ada uang non tunai yang ada di aplikasi semacam gopay. 

Kadang perjalanan perlu cerita sedih dan lucu sebagai bumbu penyedap untuk melihat secara keseluruhan bagaimana masa depan saat tiba nanti. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya