Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ke Jakarta Hanya Membawa 50 Ribu Rupiah

[Artikel 2#, kategori Jakarta] Saya tidak sedang membuat konten clickbait, tapi memang benaran uang yang saya bawa hanya 50 ribu rupiah saat pergi ke Jakarta. Saya datang ke Ibu Kota dalam rangka launching acara ASUS Indonesia. Mungkin kamu mengerti soal ini dari aktivitas saya.

Pantes saja. Ya, begitulah ketika sebenarnya hanya perlu membawa diri dan satu tas saat menerima undangan dari ASUS. Pesawat tinggal naik dan turun. Menginap, tinggal tidur dan menikmati langit Ibu Kota kala sedang sendiri pagi hari.

Hanya 50 ribu

Tahun 2017, saya pernah menulis tentang 50 ribu itu sangat berarti. Ada di bawah link-nya. Itu benar sekali, punya uang segini (50K) di dompet adalah kebanggaan.

Tidak mudah mendapatkan 50 ribu saat sekarang ketika kebutuhan harus terpenuhi, seperti kuota internet dan makanan kucing. 

Jadi ketika beberapa kali ke Jakarta dalam rangka acara ASUS, isi dompet saya berisi 50 ribu. Selembar itu saya gunakan untuk bertahan 1 bulan. Bisa dibayangkan, jika uang ini terpakai saat di Jakarta. 

Dompet saya langsung kosong.

Apalagi saat pandemi sekarang, pengennya ada barang-barang yang dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Jadi tidak heran ketika rekan-rekan bloger yang turut hadir saya jarang nimbrung saat sesi malam yang kosong sebelum esok bertarung (launching).

Saya pasti memilih tidur. Bukan karena saya menghindari mereka. Tidur benar-benar jadi kebiasaan, dan ketika lewat jam tidur. Saya benar-benar mengantuk.

Dan beban juga kadang bila ikutan kegiatan di luar acara tanpa ikut berbelanja, semisal haus beli minum di jalan atau nyemil. Saya berusaha mempertahankan 50 ribu tersebut hingga pulang kembali ke Semarang.

Takutnya ada pengeluaran tidak terduga. Terutama bila tawaran sepi untuk dotsemarang.

...

Saya hanya ingin bercerita, bagaimana perjalanan saya ketika pergi ke Jakarta saat acara. Sebenarnya juga tanpa bawa uang sepeserpun bisa saja. 

Haha..saya bercanda. Karena ada uang non tunai yang ada di aplikasi semacam gopay. 

Kadang perjalanan perlu cerita sedih dan lucu sebagai bumbu penyedap untuk melihat secara keseluruhan bagaimana masa depan saat tiba nanti. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh