Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

50 ribu itu sangat berharga


[Artikel 29#, kategori catatan] Bagaimana rasanya kehilangan 50 ribu rupiah dalam beberapa jam? Kalau saya, benar - benar sedih dan jadi kepikiran. Tapi itulah perjuangan. Setidaknya saya ingin menghargai mereka yang masih mengingat saya.

Akhir pekan ini, Semarang cerah dan panas menggigit seperti biasa. Saya sudah bersiap - siap pergi menghadiri undangan yang datang malam harinya. Ada acara grand opening hotel baru gitu yang tertulis di surat elektronik yang saya terima.

Mendapatkan undangan seperti ini tidak gampang, apalagi buat bloger. Saya termasuk beruntung pokoknya, dan ketika dapat beginian, saya tahu bahwa orang ini tahu atau kenal dengan dotsemarang.

Saya selalu tidak suka acara yang ada di Semarang atas

Alasan utama saya tidak suka karena soal transportasi. Bukan perkara jauh, tapi biaya yang dikeluarkan untuk menggunakannya. Mau bawa kendaraan, tentu saya memilih roda empat yang dari segi keamanan berkendara, roda empat memberi jaminan. Apalagi saya tanpa Surat Izin Mengemudi (SIM).

Tapi saya sudah tidak suka membawa roda empat, selain harus mengeluarkan bensin yang minimal 50K, dan gak mungkin membeli 10K, roda empat di rumah merupakan mobil keluarga. Makanya saya menyukai bersepeda saja.

Bila terpaksa ada undangan, saya lebih menyukai naik gojek. Harganya kurang lebih sama bila rute yang diambil Semarang atas. (Semarang atas adalah sebutan untuk kawasan Tembalang, Gombel, Banyumanik dan lainnya).

Saya pernah diundang ke sebuah forum yang beberapa kali saya ikuti. Saya sebenarnya sudah menolak, tapi orang tersebut sangat berharap saya datang. Saya usahakan, meski akhirnya saya tidak datang. Dompet benar-benar kering.

Saya bukan pelit atau tidak beintegritas

Bukan-bukan. Saya bukan seperti harapan banyak orang dengan profesi sebagai bloger yang mendapatkan pundi-pundi rupiah dengan mudah.

Saya masih kesulitan mendapatkan rupiah hingga sekarang. Ini karena saya tidak main Adsen, sangat jarang mengikuti lomba blog, dan selalu kesulitan untuk mengisi kuota Internet tiap bulan. 

Saya tidak bisa memaksakan diri saat sebuah acara mengundang saya dan saya harus datang. Saya benar-benar menulis karna saya menyukainya.

....

Hari ini saya masih memaklumi orang-orang yang mengundang saya dan berharap saya mereview tempat mereka, atau acara mereka. Saya ucapkan terima kasih untuk mengingat saya.

Tapi lain kali, saya akan memilih dan memilah, mana yang mengundang saya. Kalau ada dana transportasi, saya akan usahakan datang. Namun bila tidak, saya pikirkan 2x dulu.

50 ribu, harga naik gojek bolak-balik itu seharga 1 paket internet saya sebulan untuk 1 perangkat. 50 ribu adalah harga minuman semangat saya, kopi, selama 1 bulan dan 50 ribu, menyenangkan bisa mengantonginya tiap bulan.

Menyedihkan, bukan?
Terima kasih simpatinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

Blog Personal Itu Tempat Curhat