Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Wisuda yang sempurna


[Artikel 21#, kategori Causeway] Akhirnya perempuan paling cantik di keluarga ini mendapatkan gelarnya setelah berjuang keras beberapa tahun kuliah jurusan kedokteran. Paling membanggakan selain toga dan ijazah yang ia dapatkan adalah suami dan anak yang menemani. Sungguh itu pengalaman spiritual yang bakal dikenang selalu seumur hidup.

Saya sedang membicarakan adik kedua Difa. Perempuan cantik ini telah diwisuda kamis kemarin (27/4). Saya turut bangga dan senang meski harus saya akui sangat jarang mengucapkan selamat. Baik buat si bungsu maupun si dia. Entah kenapa, mulut saya selalu terkunci meski kami tinggal 1 rumah. Tapi biarlah, mereka pasti mengerti.

Sebuah kebanggaan

Saya akui ngambil jurusan Kedokteran itu pasti lama selesainya. Memang ada sebagian yang selesai pada batas waktu yang ditentukan pihak kampus, tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan.

Makna keluarga yang lebih dalam melewati momen kebahagiaan dan rasa bangga yang tercampur menjadi satu seperti mengaduk adonan kue. Perempuan mana yang tidak akan bangga saat mendapatkan gelar, didampingin keluarga kecil mereka dan plus, kedua orang tua. Sebuah kebanggaan buat mereka yang sudah berpasangan. 

Perjuangan belum berakhir

Biarkan dia yang menikmati momen indah tersebut. Saya hanya mengingatkan bahwa perjuangan sesungguhnya baru dimulai setelah gelar sudah disematkan. Realita kehidupan bakal menjadi tantangan tersendiri buat keluarga kecil mereka. Tapi saya yakin, dia pasti bisa mempertahankan semuanya.

Gambar ilustrasi Google

..

Sekali lagi saya turut bangga dan senang berada di momen ini. Jangan pikirkan kami, para pria yang belum menyelesaikan tugas dan bertahan pada ego keras bahwa hidup tak mudah. Yang memiliki pasangan saja belum selesai, bagaimana dengan saya yang harus memikirkan orang lain untuk hidup lebih nyaman setiap hari.

Saya berharap 2-3 tahun lagi saat membaca ini, mereka merupakan panutan banyak perempuan muda yang memiliki mimpi indah tentang wisuda yang sempurna. Kamu boleh memilih tentunya, ingin berkeluarga dulu sambil menyelesaikan tugas akhir. Atau menyelesaikan tugas akhir baru berpasangan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

Blog Personal Itu Tempat Curhat