Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga. Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Generasi Milenial Hidup di Era Pengetahuan
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
[Artikel 13#, kategori Generasi] Kamu yang sekarang berumur 15 - 35 tahun atau disebut Generasi Milenial, termasuk saya di dalamnya, saat ini kita hidup dan dibesarkan di Era Pengetahuan. Era dimana kamu dan saya sangat mudah mengakses informasi dan mendapatkan pengetahuan. Ketahui untung rugi era pengetahuan berikut ini.
Sebelum melanjutkan membaca postingan ini, ketahui dulu bahwa postingan ini saya buat dari referensi buku yang saya beli awal tahun dengan judulnya 'Smart Millenials'. Saya berharap kamu mengerti dulu soal ini.
Knowledge Era
Peradaban manusia telah melewati berbagai zaman, mulai dari Era Pemburu dan Pengumpul, Era Pertanian, Era Industri, Era Teknologi Informasi dan terbaru merupakan Era Pengetahuan hingga sekarang.
Di era ini, aset utamanya adalah ide dan kreativitas, riset dan inovasi, dan tentu para pekerjanya (knowledge worker).
Era Pengetahuan atau Knowledge Era membuat kita sangat mudah mengakses informasi hanya sekali klik. Memang era ini paling nyaman hidupnya adalah Generasi Milenial, tapi generasi lainnya pun turut ambil bagian.
Untuk mencapai sukses di era ini, tidak hanya menguasai di bidang teknologi dan informasi, tetapi juga meliputi kemampuan mengubah informasi menjadi pengetahuan.
Kemudian, kemampuan untuk menggunakan informasi menjadi keuntungan kompetitif, dan kemampuan membuat pengetahuan menjadi aset unggulan.
Tantangan di Era Pengetahuan
Adalah bagaimana menggunakan pengetahuan sebagai keuntungan kompetitip dan menjadikannya aset unggulan. Seolah gampang dikatakan, tapi nyatanya tidak mudah. Itu yang saya rasakan.
Kita saat ini bukan lagi mencari lebih banyak informasi, melainkan bagaimana mengolah informasi yang didapatkan menjadi pengetahuan.
Tantangan kita bukan lagi mencari apa yang membuat kita tahu, tetapi mencari apa yang bisa membuat kita melakukan sesuatu.
Pengetahuan memberi kita kemampuan untuk melakukan perubahan. Dengan menguasai pengetahuan, kita tidak akan takut pada perubahan dan malah kita sangat menantikan perubahan.
Menjadi Pekerja pengetahuan sebaik mungkin
Era ini seperti diberikan kepada Generasi Milenial. 20 tahun ke depan, generasi ini akan terus menguasai dunia kerja. Dengan catatan, kamu harus melakukannya sebaik mungkin.
Dalam sebuah buku yang terbit tahun 1993, Post-Capitalist Society, Peter Drucker mengindentifikasi bahwa ekonomi dunia sedang memasuki era baru yang berbasis pengetahuan.
Drucker menyatakan bahwa terjadi perubahan sistem masyarakat Barat. Sistem kapitalis yang merajai Era Industri sampai Era Teknologi Informasi digantikan oleh sistem post-kapitalis yang menjadikan pengetahuan sebagai kapital (modal) utama.
Pengetahuan adalah aset utama
Saya sudah menyebutkan di atas sebelumnya, tapi saya ingin kembali mengatakan ini untuk mengingatkan bahwa Era ini, pengetahuan adalah aset utama jika kita ingin mendapatkan hasil yang signifikan.
Setiap orang harus menggunakan pengetahuan sebagai sumber daya utamanya, apa pun profesinya yang dia tekuni. Pemburu atau petani yang hidup di Era Pengetahuan harus memiliki Paradigma yang berbeda dengan pemburu pada Era Pemburu atau petani pada era Pertanian.
Pahami ini, meski kamu dapat banyak informasi, kamu belum tentu disebut memiliki pengetahuan
Era sekarang memang sangat mudah mendapatkan informasi. Kamu tinggal cari dengan sekali klik atau scroll di media sosial.
Namun dengan informasi yang banyak kamu dapatkan belum tentu kamu disebut berpengetahuan. Contohnya sebagai berikut.
Kamu ingin memasak sesuatu yang memang belum pernah kamu lakukan. Kamu tinggal cari resep dan cara memasaknya di Internet. Kamu sudah mendapatkan informasinya.
Saat sudah mendapatkan dan kamu tidak mencobanya hingga masakan jadi, kamu belum disebut berpengatahuan. Sebatas tahu saja.
Ini berbeda dengan setelah kamu mempraktekkan informasi yang kamu dapat dan memberikan hasil berupa masakan. Soal enak nggak enak, belakangan. Nah ini, baru kamu bisa disebut berpengatahuan.
Informasi saja tidak menghasilkan apa-apa. Pengetahuanlah yang memberi kita kemampuan (skill) yang juga mencakup informasi.
Ingat bahwa Humberto Maturana pernah mengatakan bahwa knowledge is a validated platform to act - pengetahuan adalah landasan yang sudah divalidasi untuk melakukan tindakan.
Pengetahuan adalah PENGALAMAN, pengalaman melahirkan PENGETAHUAN. Informasi akan menjadi pengetahuan jika sudah dipraktikkan.
Saya berharap bisa mendapatkan pengalaman dengan banyaknya informasi melalui pekerjaan saya saat ini sebagai bloger. Karena seorang bloger bercerita tentang pengalaman dan sudut pandangnya yang sangat berbeda dengan kebanyakan secara umum.
Bagaimana dengan kamu, apakah masih sebatas pengguna dan penikmat informasi saja?
[Artikel 17#, kategori Tips] Saya sudah menghitung kira-kira berapa kuota yang dihabiskan untuk menonton siaran langsung sepakbola via streaming. Tentu Anda sekarang bisa mengukur biaya untuk menghabiskan kuota apabila tim kesayangan Anda akan bertanding hari ini.
Mungkin saja saya akan terhanyut tanpa kata-kata bila tidak membaca koran beberapa hari kemarin. Mengenal istilah Cinephile saat ini sepertinya membuat saya begitu bodoh dan entah dari mana aja selama ini. Padahal ini bukan baru buat saya. Terlambat sedikit tidak masalah, bukan? Ada yang baru tahu seperti saya ini???
Begini rasanya ketika mertua datang ke rumah, nggak enakan. Padahal, cuma menjenguk cucu kesayangan. Tapi rasa malas yang biasa dirasakan sebelum nikah, berubah rasa risih. Serba salah, pokoknya.
Ketika melihat trailernya, saya akhirnya memutuskan menonton film ini. Cerita tentang seorang pria yang bekerja sebagai pegawai asuransi yang ditugasin menyelesaikan masalah. Pertemuan dengan pasien yang terbaring koma, menjadi titik cerita ini dimulai. Apalagi saat si pasien yang ditemui menjadi roh yang ingin minta bantuannya. Saya sudah mendownloadnya sangat lama. Lebih dari sebulan. Namun baru saya tonton kemarin, beberapa hari. Saya bisa menontonnya juga karna film drama Korea sedang tidak ada yang tayang. Daripada penuhi memori hape, sebaiknya saya tonton dan hapus setelahnya. Bukan film komedi meski saya berharap begitu Judul film One Day ternyata punya banyak film. Tapi untuk film yang dirilis 5 April 2017, film ini berasal dari Korea. Pemeran utamanya adalah Kim Nan Gil yang berperan sebagai Lee Kang-soo di film berdurasi 114 menit ini. Sedangkan aktris perempuannya diperankan oleh Chun Woo-hee sebagai Dan Mi-so. Diantara deretan pemain One Day, paling f
[ Ini adalah artikel ke-10 kategori Cinta ] Saya menaruh postingan ini dari pengalaman saya sendiri, jadi tidak semua pria memiliki sifat sama seperti saya. Beberapa hal mengenai wanita yang dapat membuatnya sedih maupun tersenyum, terkadang pria menyukainya. Tapi kadang pula, pria dianggap baperan. Wajar saja sih.
Komentar
Posting Komentar