Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Liputan Karnaval Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-ogoh 2017


[Artikel 37#, kategori aktivitas] Saya selalu menyukai event yang berhubungan dengan karnaval atau pawai. Dan beruntungnya kali ini, senjata saya, Zenfone 3, sangat tangguh menghadapi rintangan saat mengambil gambar. Termasuk para pengganggu.

Tanggal 2 April 2017, event ini diselenggarakan meski awalnya tercatat di buku Agenda kota Semarang tahun 2017 pada bulan Maret. 

Tahun ini merupakan kedua kalinya saya liputan secara langsung. Bedanya dengan sebelumnya, pawainya diselenggarakan mulai dari Gereja Blenduk dan sekarang dari titik nol kilometer atau depan gedung keuangan samping kantor pos besar.

Waktu acara masih sama, yaitu siang hari. Lumayan sehat kalau naik sepeda siang-siang begini. Tapi saya menikmatinya seperti biasa.

Tiba di Kota Lama, jalanan sudah ditutup dari hotel Raden Patah (patokannya). Bagus juga menurut saya, biar antisipasinya gak kebablasan saat kendaraan masuk. Namun ternyata, masih ada aja kendaraan yang kebingungan saat tahu bahwa jalurnya sedang ramai digunakan buat acara.

Selama acara, saya bertemu dengan beberapa orang. Termasuk wartawan. Mereka tentu lebih sigap daripada saya untuk mengabadikan yang paling berharga.

Saya masih sendiri tiap acara  tanpa teman-teman bloger. Mungkin ada yang nggak tahu atau ada juga yang kurang tertarik dengan event seperti ini. Semoga saja tidak. Menurut saya event ini merupakan konten yang sangat-sangat bagus.

Acara saya ikuti hanya sampai simpang dekat Paragon Mall. Padahal arak-arakannya berakhir di Balaikota. Bukan tanpa alasan selain lelah juga. Memori hape saya ternyata full. Saya lupa mengosongkan meski sisanya masih diatas 5 GB. Ini pelajaran berharga buat saya kedepannya.

Jangan cari review acaranya di blog saya ini. Saya pasti hanya menaruh di blog dotsemarang untuk review seperti ini. 

A post shared by Asmari (@asmaridexter) on

Terima kasih sudah membaca postingan ini. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

Blog Personal Itu Tempat Curhat