Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Naik Gojek Malah Dapat Jas Hujan


[Artikel 42#, kategori aktivitas] Meski sudah beberapa kali naik Gojek, baru kali ini kehujanan. Dan entah bagaimana perasaan saya hari itu yang mendapat driver pria paruh baya, antara senang atau sedih. Sedihnya adalah beliau tetap semangat meski umurnya tidak muda lagi. Hujan yang mengguyur tiba-tiba membuat Smartphonenya mati. Duh.

Tanggal 19 April 2017, saya menghadiri acara yang digelar Indosat. Seperti biasa, kapasitas undangan sebagai bloger Semarang. Tujuan acaranya selain makan siang hanyalah mengenalkan layanan terbaru mereka, meski saya sudah tahu dan mereka agak terlambat memberitahunya.

Saya tiba 15 menit lebih awal dari undangan kalau gak salah. Jas hujan yang saya kenakan saat berhenti di tengah jalan saya lepaskan. Setelah melipat jas hujan yang terbuat dari plastik yang sama dengan jas hujan yang saya bawa saat bersepeda, saya memberikannya kepada beliau. Eh, disuruh buang aja. Apakah karna plastik dan harganya murah, makanya beliau tak memerlukan lagi.

Daripada dibuang, terpaksa saya bawa pulang. Lagian bingung mau buang di mana, mengingat tempat acara ini termasuk buat pengunjung kelas menengah atas. Setelah si bapak pergi, saya memang agak senang sedikit karna baru kali ini mendapatkan pengalaman begini.

Namun saat beliau sebelum pergi yang masih mengutak-atik Smartphonenya yang mati karna kehujanan, saya juga sedih. Meski dilindungi dengan pelindung hp, tetap saja kebasahan. Kegigihan beliau saya pikir itu positif.

Celana saya pada akhirnya tetap basah. Tapi yasudahlah, memprotes ini tidak akan membuat saya lebih baik. Punggung beliau yang perlahan hilang dan kembali ke jalan membuat saya harus juga bergegas ke lokasi acara. 

Tempat ini adalah mimpi yang biasanya hanya bisa saya lewati. Tanpa sadar saya malah menghinggapi seperti kupu-kupu. Selalu ada cerita bahagia setelah melewati proses yang begitu menegangkan (maklum di jalan was-was juga karna celana semakin basah, takutnya sampai ke bagian atas).

Kesempatan berharga untuk melihat dan menikmati langsung salah satu tempat menarik di Semarang akhirnya saya dapatkan juga. Namun ada cerita lucunya juga saat menuju lokasi bertemu Indosat. Begini ceritanya.

...

Apa kabar beliau hari ini? Semoga sehat selalu dan tambah rejeki. Semoga juga, tidak mendapat kesulitan lagi ketika hujan tiba saat mendapatkan penumpang yang mau pulang.

Ini adalah artikel ketiga saya tentang pengalaman naik Gojek. Ada di bawah cerita lainnya. Sedangkan keseruan acara Indosat temu media kemarin bisa dilihat di blog dotsemarang atau langsung klik di sini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh