[Artikel 34#, kategori Internet] Covid-19 benar-benar menyuruh saya untuk terus berpikir agar tidak mudah mengeluh. Apalagi soal koneksi internet. Mengingat, pendapatan jadi pemilik blog dotsemarang sudah sangat mengkhawatirkan. Ada kalanya ingin menjual barang-barang, tapi selalu gagal.
Hari ini tak sengaja membaca berita kompas yang mengangkat seorang pelajar asal Dusun Tabbakuang, Desa Kahayya, Kecamatan Kindang Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Sang pelajar terpaksa berjalan kaki mencari sinyal di Puncak Doggia Hills untuk bisa mengerjakan tugas sekolah.
Terkadang saat kuota internetnya habis, dirinya menumpang wifi temannya. Mau gimana lagi semenjak Covid-19, Sekolah menerapkan belajar secara daring.
Saya tahu, si pelajar ini tentu bukan satu-satunya yang mengalami kesulitan dalam upayanya terhubung dengan internet. Masih banyak, dan bukan hanya di Indonesia saja yang merasakan ini. Seperti di India, contohnya.
Membaca ini saya seperti bercermin pada diri sendiri ketika mengeluh mengenai koneksi yang naik turun atau kesulitan terhubung.
Menggantungkan diri sebagai full time blogger, saya juga termasuk orang yang terdampak. Tidak ada acara bulan ini, iklan (tidak menggunakan adsen), dan promosi lainnya yang masuk ke saluran dotsemarang.
Saya benar-benar tidak punya uang. Satu sisi, saya butuh uang. Setidaknya kucing-kucing di rumah yang perlu dikasih makan. Atau menabung buat biaya menikah, mengingat umur yang sudah semakin matang.
Saya tidak boleh mengeluh dan membenarkan diri bahwa saya paling menderita. Masih banyak yang mengalami hal lebih parah dari saya.
Setidaknya, hingga saat ini saya punya semangat dan bisa mengakali koneksi internet dengan mencari wifi gratisan.
Saya iri dengan mereka yang memiliki gaji bulanan. Saya iri dengan mereka yang punya back up keuangan atau bisa meminta orang tuanya. Saya? Tidak ada sama sekali.
Semoga semangat ini bukanlah penghancur semangat saya yang sudah bertahan lebih dari 10 tahun. Saya berharap dia terus berada di samping saya dan mendukung. Tak perlu kiriman uang, yang penting ia jadi teman bicara saya.
Wajah saya tertawa, tapi hati saya gelisah.
Bagaimana hari esok?
Cepatlah datang bulan depan!!
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar