Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Panen Jambu Air


[Artikel 15#, kategori rumah] Rupanya bulan Juli masih disukai oleh Jambu Air. Padahal bulan lalu, pohonnya sudah berbuah dan bertahan sampai sekarang. Mari bagi-bagi ke tetangga.

Hari ini sangat berlimpah yang saya dapatkan. Buah jambu air yang berada di halaman rumah tidak berhenti berbuah. Warna merah mudanya yang menggoda tidak mampu membuat saya mengambilnya.

Setelah memetik dan mencucinya, saya menaruhnya di kulkas. Kerumunan anak tetangga, jadi ajang bagi-bagi buah. Mereka menyukainya. Pandemi saat ini memang membuat mereka lebih terlihat ketimbang sebelumnya yang sibuk Sekolah.

Terima kasih Tuhan atas keberlimpahan berkahnya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya