Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Terang Bulan dan Coca Cola


[Artikel 76#, kategori catatan] Bagaimana rasanya membahagiakan diri sendiri di umur segini (34 tahun)? Mungkin rasanya seperti makan terang bulan rasa cokelat. Enak, tapi semakin dimakan semakin eneg karena satu porsi dimakan sendiri. Sangat kenyang.

Saya di masa depan,

Tahukah kamu bahwa perayaan pergantian umur saya tahun ini dirayakan dengan menikmati terang bulan dan coca cola. Saya tidak tahu apakah saya di masa depan bangga dengan saya yang hari ini?

Yang pasti, saya sangat bahagia saat itu. Ditambah adanya dia yang menemani dan memberi ucapan. Itu adalah perasaan luar biasa yang tak pernah saya rasakan kembali.

Saya harap, saya di masa depan lebih baik lagi dari saya hari ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya