Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Kue Pukis dan Kemasan Ala Banyumas


[Ini adalah artikel keenam kategori kuliner] Pernah makan kue Pukis seperti gambar di atas? Satu tempat seperti itu di tempat saya harganya 7.500 rupiah sekarang. Postingan ini dibuat bukan untuk memberitahu cara membuatnya. Penasaran, kan?

Masih ingat postingan saya soal kue Bingka? Post yang saya buat akhir bulan kemarin. Saya melanjutkan postingan dari sana karna kuliner ini satu paket pas ada di rumah. Sayang aja dibuang (postingan), terutama kemasan yang dibuat. Sangat berbeda dengan gambar di bawah ini.


Lalu, bandingkan dengan gambar berikut ini. 




Bagaimana, beda kan? Ya iyalah *nyelekit. Pasti beda. Pukis Banyumas ini legend lagian. Dan pasti punya pengalaman di atas rata-rata. Setidaknya punya rumah produksi atau pabrik dengan banyak pekerja.

Bandingkan dengan kue Pukis yang satunya, itu kan yang jual di jalan-jalan. Yang buat 1 orang meski terkadang gantian karna kena shift-shift-an.

Tentang kemasan

Kemasan Pukis yang pertama terlihat sederhana dan bahannya mudah didapat di toko-toko. Karena pasarnya hanya disekitar alias satu kawasan dan berada di kerumunan masyarakat yang berbelanja sayuran dekat rumah, kemasan seperti itu sepertinya sudah bagus.

Ketimbang nggak dikasih bungkusan kotak, kita pulang bawa gitu atau disuruh bawa rantang dari rumah. Pasti tambah ribet. Berbeda dengan kemasan Pukis Banyumas yang sepertinya sudah merambah banyak kota di Indonesia.

Tampak lebih menarik dan punya cerita sejarah sebagai kekuatan brand image. Biasanya kalau sudah buat kemasan begitu, pasarnya diperuntukkan buat oleh-oleh. Seperti yang saya dapatkan barengan kue Bingka.

...


Kue Pukis merupakan jajanan tradisional yang sepertinya tiap daerah pasti ada yang menjualnya sekarang ini. Tidak heran saat kita pergi kemana, pasti ada aja.

Saya melihat di dekat rumah yang jual pria paruh baya. Beberapa kilomentar, sepanjang jalan ada juga yang jual Pukis (jalan Gajah).

Meski memiliki bentuk yang sama hanya berbeda sedikit cita rasanya, kemasan adalah hal penting dalam sebuah produksi. Meski begitu, kita juga harus melihat pasar yang dituju. Apakah kalangan wisatawan yang datang ke kota kita atau pengunjung dekat rumah yang tak perlu dandan rapi.

Tiba-tiba ibu hamil lewat.... seksi man!

Ujung-ujungnya malah bahas soal marketing, padahal mau bahas yang agak santai. Haha... Intinya dari postingan ini, saya suka yang Pukis Banyumas. Udah itu saja.

*Tapi kalau pas pengen, tetap beli yang dekat-dekat aja.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh