[Ini adalah artikel keempat kategori Inspirator] Sekali lagi, saya bertemu remaja tangguh yang beberapa hari kemarin saya temui. Akhir pekan ia bekerja di salah satu taman hiburan di Semarang, hari biasa, ia tetap bersekolah. Banyak hal menarik yang saya petik dari remaja sekarang.
Inspirasi datang dari mana saja. Termasuk cerita kali ini. Sebut saja namany A, bukan bunga karena si A adalah remaja laki-laki. Tubuhnya besar dan sedikit gemuk. Kulitnya sawo matang dan identik dengan Semarangan. Saat ini si A bersekolah di salah satu SMK di Semarang.
Saat berkenalan, saya sedang liputan sebenarnya. Sedangkan dia sedang bekerja. Entah mengapa hari itu saya tiba-tiba saja sok dekat dan sok akrab. Kami mulai ngobrol dan itu sering terjadi ketika saya mulai bicara tentang apa saja.
Apa cita-citamu?
Mungkin dia tidak seberuntung remaja sebayanya yang sedang menikmati akhir pekan di sini. Saat remaja harusnya menikmati kebersamaan dengan teman-temannya, ia malah bekerja.
Cita-citanya ingin menjadi pengusaha. Bukan sekedar pengusaha, karena cita-cita ini berhubungan dengan orang tuanya. Menjadi pengusaha kayu buatnya kuliah tidak perlu. Saya percaya itu, apalagi bila teringat seorang menteri di kabinet pak Jokowi.
Menjadi anak tunggal, satu-satunya, ia berada dalam lingkup yang kurang beruntung. Tapi dimana rumah buat seorang anak adalah surga, ia tak mau menyerah. Si A yang dari kecil bersama nenek-kakeknya ini ingin berjuang dan tidak ingin menyusahkan keluarganya.
Saya sempat berpikir spektis bahwa remaja yang bermasalah dengan keluarga akan mengikuti arus yang juga sama dengan alirannya. Ternyata tidak, ia berani menantang arus tersebut. Menjadi baik adalah kalimat yang bisa saya ucapkan kepadanya.
Hari itu, saya seolah ditampar oleh kehidupannya. Ia benar-benar mengajarkan arti kehidupan dalam versinya. Meski orang tuanya bermasalah, ia tetap tegar dan ingin semuanya baik-baik saja.
Naif memang bila berpikir di usianya. Saya juga pernah demikian. Akhirnya, saya sadar pikiran itu membuat saya seperti sekarang. Entahlah, apa yang saya pikirkan saat menatap matanya yang terlihat sayu.
Saya memang mudah merasuki kehidupan terdalam seseorang yang seharusnya ia tidak perlu bicara terlalu dalam kepada orang asing seperti saya.
Saya sadar, ia memikul beban terlalu besar dan jarang dikeluarkan. Belum ada seseorang yang ia ajak bicara mengenai persoalannya, menurut saya. Saya sempat berpikir mengapa tidak menulis saja. Kesibukannya mungkin akan menepis ide tersebut.
...
Banyak remaja dan pemuda yang saya temui memiliki semangat berlebih dan impian - impian yang ingin dilakukan. Sayangnya, mereka tak pernah benar-benar berhasil meraihnya. Semua hanya sampai dibibir saja.
Andai mereka lebih terbuka dan percaya kepada seseorang, saya yakin mereka bisa. Mereka butuh bimbingan, teman cerita, orang yang selalu memberi semangat kala jatuh maupun berdiri, dan orang-orang baik disekelilingnya.
Generasi yang luar biasa yang saya temui. Semoga mimpi mereka tetap terjaga, dan terealisasi sampai akhir. Meski tidak ada orang disamping kalian yang menyemangati, tetaplah fokus dengan apa yang kalian impikan.
*Saya tidak menyangka bahwa postingan kategori ini terakhir kali adalah tanggal 16 Mei 2016
Komentar
Posting Komentar