Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Belajar Dari Ibu yang Sedih dan Pria Dablek (2)


Lagi, kejadian seorang ibu-ibu menangis kembali. Entah siapa yang benar atau disalahkan. Apalagi keduanya baru mengenal satu dengan yang lain beberapa bulan saja. Berbeda dengan saya yang lebih dari 5 tahun, soal pemahaman karakter mungkin bisa dibilang saya sudah paham. Saya tidak mengerti mengapa ini terjadi lagi.


Pagi hari, saya dicurhati seorang wanita yang biasa saya panggil ibu. Siapa dia, silahkan Anda tebak sendiri saja. Sambil berbicara, tak lama matanya pun berbinar-binar dan kemudian keluarlah air mata.

Beliau seolah disalahkan dengan sesuatu yang dirasa bukan dia seorang yang melakukannya. Nasi sudah jadi bubur, komunikasi pemuda dablek ini memang tidak begitu baik terhadap beliau. Ini berbeda saat ia bertemu dengan banyak orang, tokoh maupun pejabat yang pandai berkomunikasi.

Saya tak meyangka ini kembali terjadi. Padahal sesuatu tersebut pernah dilakukan setahun lalu dan kasusnya juga kurang lebih sama. Apa yang merasuki pria ini, benarkah pria dablek sudah 100 persen menjadi labelnya?

Saat ini saya belum mengambil sikap terkait keduanya. Mungkin hanya ibu itu saja yang merasa gimana dengan pemuda tersebut. Padahal pria dablek itu sedang tertidur pulas tanpa merasa bersalah.

Pelajarannya

Mungkin ini yang dirasakan masyarakat yang kesal dengan Ahok yang punya gaya bicara apa adanya alias ceplas-ceplos. Dan mereka yang tidak kuat mental tentu hanya bisa meneteskan air mata karena ucapan yang tak seberapa (bagi si pria dablek) ternyata sangat tajam.

Manusia tempat salah, dan seharusnya mereka belajar dari kesalahan-kesalahan yang sudah dilalui. Ini bukan drama film, ini nyata. Bahwa menjadi orang baik dengan maksud baik itu belum tentu dianggap baik. Kita harus lebih berhati-hati dan memperlakukan orang harus berbeda juga.

Semoga semua diberikan kebaikan dan kembali bahagia.

*Tak sengaja, saat kejadian ini saya tulis, saya malah ketemu dengan tulisan saya setahun lalu yang kasusnya sama. Apakah ini semacam peringatan? Di sini artikelnya. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh