Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Kebiasaan Lagi

[Artikel 29#, kategori Amir] Orang ini tidak pernah bangga dengan apa yang sudah dipinjamkan kepadanya. Ada yang lebih menarik, yang lama ditinggal. Kejadian terus berulang dan yang melihat diharap maklum. Semoga dia menyesal kemudian.

Saya menegurnya untuk menaruh kunci kendaraan tidak di kamarnya. Toh, itu bukan miliknya. Kendaraan itu digunakan untuk keperluan orang rumah, bukan pribadi. 

Lantas ia menunjukkan apa yang telah dilakukan selama ini, seakan tanpa dia, itu tidak berjalan dengan baik. Sampai sini saya mengerti bahwa ia mulai menuntut.

Tahun 2021, ia mulai menunjukkan kebiasaannya lagi. Padahal yang ia pakai, bukan milik pribadi. Entah keberanian apa yang ia miliki, padahal dengan gajinya yang besar untuk ukuran saya, seharusnya ia bisa memikirkan masa depannya lebih baik lagi.

Bukan menunjukkan kekuatan yang menopang dia selama ini. Saya dilema. Apakah saya benar membawanya masuk ke lingkaran ini atau hanya menunggu waktu saja saat ia sadar bahwa ia bukan siapa-siapa.

Perasaan saya kembali tersadar, apa yang dilakukan pernah saya lakukan. Tapi ia bukan sapa-sapa. Dan sering kali saya menasehatinya untuk tidak menggunakan fasilitas yang ada. 

Mungkin seiring waktu, dan kembali dengan cerita begitu, Tuhan akan memberitahu. Saya harap saat itu, saya bukan orang yang pertama mengatakan tidak sopan kepadanya.

Hari ini, ia begitu bangganya pergi sambil berkendara. Seolah dunia merestuinya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Piala Usia U-23: Timnas Untuk Pertama Kalinya Kalahkan Korea Selatan