Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Pulang

[Artikel 31#, kategori Amir] Menyenangkan bisa pulang. Bertemu orang rumah, keluarga dan mengenang masa silam. Namun pulang jangan disalahartikan. Seolah tanpa beban dan membiarkan keadaan.

Akhir pekan selalu datang dengan penuh harapan. Hari-hari yang sibuk mungkin bisa dimaklumi menjadi alasan ketika tempat tinggal yang dijadikan pijakan malas diperhatikan. Sayangnya, kita hidup tidak sendirian. Ada orang lain yang bekerja keras untuk membersihkan.

Harapan demi harapan selalu sirna tak kala tubuhnya tak bergerak sama sekali. Terkadang malah pergi untuk melepaskan penat dengan pergi ke gunung. Atau sibuk karena pekerjaan belum usai dan menghabiskan akhir pekan tanpa sadar.

Ketika tubuhnya tidak pergi ke mana-mana, harapan itu datang lagi. Sayang kembali sirna dan berakhir menjadi petang. Ia tak melakukan apa-apa juga.

Pulang

Kini, kesempatan datang lagi. Akhir pekan malah pulang. Meninggalkan pekerjaan rumah yang tak mungkin dihandle seorang diri layaknya pembantu yang tak dibayar.

Parahnya, kebiasaan yang bertahun-tahun terus dikatakan juga tak hilang. Berubah, kata saya. Nyatanya air sudah jatuh ke bumi tanpa ada orangnya yang sudah pergi.

Pulang, sebuah harapan yang terpendam buat saya. Namun pulang baginya adalah perasaan dendam saya yang tak akan pernah padam. Akhir pekan yang diharapkan, malah seolah sampah berantakan.

Sial! 

Artikel terkait :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions