Catatan
Jemput Ke Bandara
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
[Artikel 25#, kategori rumah] Akhirnya mengendarai mobil juga ke bandara setelah beberapa tahun belakangan sudah enggan. Selain Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sudah tidak ada, harus buat lagi karena sudah mati, memilih lebih hemat rasanya sangat menyenangkan.
Senin pagi (15/3) mau tidak mau menuruti permintaan pemilik rumah yang ingin dua orang temannya dijemput di bandara. Si penghuni satunya yang biasanya menjemput, karena hari Senin masuk kerja, ia tidak bisa.
Entah kenapa mobil rumah semakin sering digunakan di luar kepentingan dan hasilnya, saat mau menggunakan bahan bakar (bensin) terlihat mengkhawatirkan bila digunakan.
Ribet urusan pintu masuk bandara
Mau tidak mau, harus menyisihkan uang untuk beli bahan bakar. Dan satu lagi permasalahan, masuk bandara kudu bayar seperti bayar masuk tol. Tapi untunglah, itu bukan uang saya.
Itu pikiran saya yang sudah jarang pergi ke bandara. Oh ya, ternyata saya baru ingat pernah pergi ke bandara dengan membawa mobil juga di akhir tahun 2020. Posisinya juga sedang jemput keluarga.
Setelah mengisi kartu tol di minimarket, kecemasan sebelumnya yang dirasakan sudah mulai tenang. Tinggal si kartu di tap saja di mesin parkir.
Nyatanya saat tiba di gerbang bandara, sudah berusaha men-tap kartu, mesinnya tidak berfungsi. Untung ada petugas dan ternyata mesin mereka sedang bermasalah dengan kartu yang bekerja sama dengan bank Mandiri.
Soalnya kalau BRI, kartunya masih bisa. Jadi, tinggal pencet tombol bulat saja. Maka tiket langsung keluar. Eh, kok mudah.
Ujian spesialis
Orang yang saya jemput ini adalah dua orang pria yang berprofesi sebagai dokter. Mereka mengambil ujian spesialis di Semarang. Dan ternyata seharusnya, si pemilik rumah mengikuti ujiannya juga. Karna masih ada kesibukan, jadi tidak ikut.
Mereka berada di rumah untuk beberapa hari ke depan. Dan untunglah, mereka disuruh gunakan mobil untuk membantu transportasi mereka. Karena saya sendiri pasti tidak akan mau. Masih banyak pekerjaan untuk dilakukan.
Ketika kami terlibat obrolan saat perjalanan ke rumah dari bandara, bila mereka berhasil lolos ujian, maka akan tinggal selama 5 tahun di Kota Semarang.
Mereka sepertinya sudah optimis karena rencana tersebut sudah memikirkan bagaimana memboyong istri-istri mereka.
...
Keberadaan mereka di rumah, membuat suasana lebih sedikit ramai dari biasanya. Mereka juga sering terlihat belajar di depan teras rumah. Semangat yang patut diikuti.
Selain menjadi ramai, saya malah jadi waswas sendiri. Maklum, pekerjaan rumah seperti menyapu yang biasanya dilakukan santai, kini harus dilakukan sesering mungkin.
Si penghuni rumah satunya benar-benar membuat saya seperti pembantu di rumah. Ia sibuk bekerja, pagi berangkat, pulang malam. Dan akhir pekan, memilih tidur atau jalan. Entahlah, saya sudah tidak tahu harus menyebutnya apa sebagai manusia.
Udah lupakan. Semoga menjemput ke bandara kali ini adalah yang terkahir. Saya tidak mau. Terlalu banyak kekhawatiran yang merasuki tubuh dan pikiran.
Artikel terkait :
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar