Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Akhirnya yang Ditunggu-tunggu, Panen Buah Kelengkeng

[Artikel 7#, kategori buah] Setelah menunggu beberapa bulan lamanya seteleh berbuah, hari ini, 6 Maret 2021, saya sudah bisa menikmati buah kelengkeng yang telah mateng. Panen yang selalu ditunggu.

Tak terasa sudah akhir pekan, kaki saya melangkah ke depan menuju pohon kelengkeng yang ada di samping rumah.

Kejutan sekali, yang ditunggu-tunggu akhirnya bisa dirasakan kembali. Pohon kelengkeng yang resmi bulan Maret ini sudah bisa dimakan buahnya, seperti pada tahun sebelumnya. 

Ya, di bulan yang sama juga kalau pohon kelengkeng di sini berbuah dan mateng setiap bulan Maret. Saya senang bahwa pohon ini tetap konsisten dalam berbuah.

Mari memetiknya.

Artikel terkait :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat