Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo Juli 2021

[Artikel 92#, kategori catatan] Saya ingin menikmati dan memanjakan diri di bulan Juli. Apalagi bulan ini saya akan membuka halaman baru untuk tema satu tahun ke depan dalam bercerita maupun berkisah. Tidak ingin diribetkan hal-hal kecil maupun rengekan yang tidak jelas.

Selamat datang bulan Juli yang jatuh pada hari Kamis. Pagi ini saya melewatinya dengan bersepeda. Kekhawatiran terhadap pandemi memang belum berhenti, dan bahkan lebih mengkhawatirkan lagi.

Fisik saya sangat bagus menyapa matahari pagi. Lelah futsal tidak terasa beberapa hari kemarin. Apalagi futsal tim hari Kamis masih libur, saya punya banyak waktu untuk memulihkan diri.

Perjuangan

Tidak menyangka saya melewati perjuangan yang begitu besar bulan kemarin. Perjuangan untuk memperbaiki keadaan seseorang dan bahkan diri sendiri. Kali ini dampaknya lebih melelahkan dari bulan-bulan sebelumnya.

Pandemi menjadi sangat menakutkan. Orang-orang yang kita kenal tidak ragu membagikan kabar duka mereka lewat media sosial. Pemandangan yang tidak se-intens dari biasanya.

Bahkan, dia juga terdampak. Termasuk saudara kandung sendiri. Pikiran berkecamuk kala rumah pun tidak juga sepi karena banyak orang yang sedang mengerjakan pekerjaannya.

Ditambah salah satu orang yang mengurusi, minta antar sana sini dan hanya menyuap makan siang kala selesai dengan tujuannya membeli barang untuk keperluan tukang.

Padahal waktu yang saya buang sangat berharga dan sulit dirupiahkan. Entahlah, cobaan apa bulan kemarin sampai-sampai saya seperti tidak berada di rumah.

Biarkan saya sendiri

Satu persatu ganguan udah pergi. Dia juga sudah sembuh meski menjengkelkan kala ia kembali normal. Sifat aslinya keluar seperti anak kecil yang berharap disuap nasi. Sangat menjengkelkan kala perjuangan yang dilakukan untuknya berakhir sia-sia kala dia kembali sehat.

Pekerjaan rumah juga sudah selesai. Orang-orang sudah meninggalkan rumah sejak pagi, meski kembali karena bus yang ingin dinaiki jadwalnya harus sore hari.

Bulan Juli, biarkan saya sendiri. Kembali menjadi pria yang bergelimangan harta (kesunyian) dan bersantai sambil menikmati kopi.

Mengeluarkan isi pikiran dalam tulisan, bertualang dengan komik yang menegangkan dan sesekali tertawa riang. 

Tidak perlu mengurusi mereka yang seolah menderita. Manusia punya jalannya masing-masing, silahkan berjuang sendiri dulu. 

Juli, saya harap menjadi pria yang lebih baik lagi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat