Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Futsal Terakhir di Bulan Agustus, Menyenangkan Sekali Meski Pake Adegan Ketinggalan Kaos Kaki

[Artikel 149#, kategori futsal] Entah apa yang terjadi, sebelum bermain malah ketinggalan kaos kaki. Perasaan sudah dimasukan tadi. Aiyahh...sial. Syukurlah performa di lapangan malam ini sungguh menyenangkan.

Saya beruntung! Salah satu rekan ada yang mau meminjamkan kaos kakinya. Jika tidak ada, niatnya mau pakai kaos kaki pendek yang biasa digunakan untuk membuat lebih tebal kaos kaki utama. Nah, yang ketinggalan itu kaos kaki utamanya yang panjangnya sampai ke lutut.

Tim kompak

Bermain futsal di sini hanyalah untuk bersenang-senang sambil nyari keringat. Jadinya rekan-rekan yang masuk dalam tim adalah tim yang terkumpul secara acak. Siapa datang cepat dan berkumpul bersama, maka akan jadi satu tim.

Atau sebaliknya, ada yang terlambat datang dan masuk dalam tim karna masih kurang orangnya. Jadi tidak pasti tiap minggu akan sama. Nah, kebenaran kali ini saya dapat tim yang kompak.

Main hari Kamis malam posisi saya selalu kiper. Performa kali ini memang bukan yang 100% karena cedera di lengan sepertinya belum pulih sepenuhnya. Namun saya bersyukur, lutut sudah 90%.

Pertandingan pertama, kami sangat luar biasa. Kami tidak hanya menang telak, tapi kekompakan tim yang layak dapat pujian. Semua orang berkontribusi dan itulah kuncinya kali ini.

Bahkan saat jeda, berganti tim yang main, saya mendapat pujian dari rekan yang menjadi tim lawan tentang kekompakan tim kami yang bermain dengan sangat apik.

Main berikutnya, cobaan datang. Tim lawan kali ini ada pemain yang punya tendangan kencang. Entah apakah dia tahu kondisi saya atau memang karena saya saja sedang apes. Dua kali berhasil membobol gawang yang saya jaga lewat tendangan dari titik putih tengah lapangan.

Akhirnya saya menyerah dan meminta rekan saya menutup sisi kanan yang saya jaga agar tidak sampai kebobolan 3 kali. Sebelumnya, saya membiarkan lawan menendang secara bebas tanpa pagar dari tengah.

Comeback!

Bila main pertama kami menang dengan mudah, maka main kedua yang sudah kebobolan 2 gol saya pikir akan membuat mental tim sedikit kendor.

Ah, ternyata salah. Tim masih kompak dan belum mau menyerah. Saya seakan melihat tim mirip Real Madrid yang akhirnya memenangkan kembali pertandingan. Ketenangan, kerja keras dan kekompakan adalah kunci kedua kali ini.

...

Hingga pertandingan ke-4, kami terus memenangkan pertandingan. Saya rasa performa ini tidak akan bisa terulang kembali. Saya sangat menikmatinya. Apalagi performa saya juga tidak buruk-buruk amat. Beberapa kali menyelamatkan bola dan sukses mengirimkan asis yang indah.

Ya, saya sampai maju untuk membantu tim. Saat bola saya bawa lari, saya mengumpan ke rekan satu tim. Seperti sebuah permainan game di Playstaion, adegan one two terjadi. Bola yang kembali ke kaki dan sedikit kembali berlari, lalu mengumpan ke rekan yang berdiri di depan gawang lawan. Goollllll..........

Sangat menyenangkan!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh