Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Putri Ke-2

[Artikel 20#, kategori rumah tangga] Ada kabar baik yang datang dari rumah yang saya tinggalin. Kami kedatangan keluarga baru yang baru dilahirkan di sebuah rumah sakit. Ini kali pertamanya rumah ini ada bayi yang akan tumbuh besar nantinya di sini.

Keluarga pemilik rumah, si bungsu resmi kembali menyandang Ayah setelah bayi mereka lahir pada hari Minggu malam kemarin (11/8). Itu adalah kabar bahagia bagi suami istri yang sekarang bertambah satu anak putri lagi.

Putri ke-2

Kabar kelahirannya yang saya dapatkan ketika sedang berada di bandara saat menjemput mertua si bungsu. Ya, orang tua istri si bungsu datang ke Kota Semarang. Hanya saja yang datang hanya ibunya, tidak bersama dengan Ayahnya yang pernah dulu datang juga.

Kelahiran bayi baru ini berjenis perempuan menambah anak si bungsu bertambah menjadi 2 putri. Rentang umur keduanya juga cukup jauh, mengingat anak pertama mereka sekarang berumur 5 tahun lebih.

Kerja keras

Sebagai penonton, saya yang tinggal bersama keluarga ini tentu turut bahagia. Saya rasa sepertinya juga iri karena saya juga berharap kelak bisa menjadi Ayah. Bila diberi pilihan, mungkin saya ingin seorang putra biar bisa diajarin main bola.

Bertambahnya anak tentu bertambah juga rejekinya begitu orang-orang biasanya berkata. Dan itu juga artinya sang Ayah akan lebih bekerja keras lagi mencari nafkah.

Saya memikirkan orang tua saya yang dulu juga bekerja keras membesarkan kami. Di umur sekarang, saya baru menyadari alasan mengapa Ibu saya sampai segitunya untuk tetap bekerja. Bahkan pernah menjadi asisten rumah tangga alias pembantu.

Ekonomi adalah musuh besar bagi orang yang uangnya seret. Semakin besar anak, semakin besar tuntutannya. Makanya di sini saya belum siap untuk berkeluarga karena jujur, penghasilan saya mepet sekali.

Kenapa saya yang malah curhat.

...

Saya berharap anak kedua bungsu adalah cowok. Saya memikirkan bagaimana serunya kehidupan si bungsu sebelum menikah. Bila anaknya cowok, saya yakin ada banyak pengalaman yang ia akan bagikan sebagai pria sejati.

Tapi, mau apa dikata ketika yang Maha Kuasa memberikan bayi perempuan lagi. Selamat buat si Bungsu atas kelahiran anak keduanya. Semoga rejekinya lancar dan terus diberi kesehatan buat keluarganya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat