Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Istri, Manajer Terbaik Di Rumah

[Artikel 17#, kategori rumah tangga] Semenjak si bungsu tinggal di rumah bersama keluarga kecilnya yang ingin menyelesaikan studi-nya, saya disuguhkan keharmonisan dalam berumah tangga. Semacam alasan kuat agar saya segera menikah. Tapi, bisakah mendapatkan pasangan seperti yang saya bayangkan?

Menyenangkan memang jika tujuan sebagai pria dewasa akhirnya terlaksana, yaitu memiliki istri. Plus, anak yang membawa suasana tawa di tengah kesibukan berperan sebagai orang dewasa.

Manajer terbaik

Saya sangat menghormati pasangan ini bukan saja sebagai pemilik rumah tapi juga sebagai pribadi. Banyak pelajaran yang dipetik dari cara mereka memperlakukan kehidupan mereka dalam berumah tangga.

Bila si suami sibuk bekerja demi masa depan, sang istri yang diberi kewenangan untuk mengurus anak tanpa sadar membuat saya mematok tinggi-tinggi bagaimana nanti mencari istri.

Si istri menurut saya merupakan manajer terbaik. Ia mampu mengatur apa saja di rumah meski terkadang membuat saya sedikit terganggu yang hanya ingin bersantai di dalam sepi.

Alhasil, rumah terlihat rapi dan tertata dengan rapi. Bayangkan dengan isi kamar saya yang ditinggali, sangat berantakan. Kamar mereka beberapa kali terlihat tak sengaja, sangat bersih.

Apalagi harus mengurus anak yang menurut saya itu cukup berat. Mulai dari mengantar anak sekolah, memberi makan, masak buat si suami dan sebagainya.

Bisakah saya mendapatkan istri seperti dia nanti? Si bungsu benar-benar beruntung memiliki istrinya. Mungkin ini yang dinamakan kecocokan antara anak bungsu dan anak pertama (istri). 

...

Entahlah, apakah saya bisa memimpikan pasangan seperti mereka. Jangankan menikah, saya yang sekarang kebanyakan di kamar, sudah terlalu malas berkegiatan dan berkenalan secara offline dengan banyak wanita.

Ya, semoga saja saya menemukannya. Sekali seumur hidup, saya berharap bisa menikah kelak.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile