Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Istri, Manajer Terbaik Di Rumah

[Artikel 17#, kategori rumah tangga] Semenjak si bungsu tinggal di rumah bersama keluarga kecilnya yang ingin menyelesaikan studi-nya, saya disuguhkan keharmonisan dalam berumah tangga. Semacam alasan kuat agar saya segera menikah. Tapi, bisakah mendapatkan pasangan seperti yang saya bayangkan?

Menyenangkan memang jika tujuan sebagai pria dewasa akhirnya terlaksana, yaitu memiliki istri. Plus, anak yang membawa suasana tawa di tengah kesibukan berperan sebagai orang dewasa.

Manajer terbaik

Saya sangat menghormati pasangan ini bukan saja sebagai pemilik rumah tapi juga sebagai pribadi. Banyak pelajaran yang dipetik dari cara mereka memperlakukan kehidupan mereka dalam berumah tangga.

Bila si suami sibuk bekerja demi masa depan, sang istri yang diberi kewenangan untuk mengurus anak tanpa sadar membuat saya mematok tinggi-tinggi bagaimana nanti mencari istri.

Si istri menurut saya merupakan manajer terbaik. Ia mampu mengatur apa saja di rumah meski terkadang membuat saya sedikit terganggu yang hanya ingin bersantai di dalam sepi.

Alhasil, rumah terlihat rapi dan tertata dengan rapi. Bayangkan dengan isi kamar saya yang ditinggali, sangat berantakan. Kamar mereka beberapa kali terlihat tak sengaja, sangat bersih.

Apalagi harus mengurus anak yang menurut saya itu cukup berat. Mulai dari mengantar anak sekolah, memberi makan, masak buat si suami dan sebagainya.

Bisakah saya mendapatkan istri seperti dia nanti? Si bungsu benar-benar beruntung memiliki istrinya. Mungkin ini yang dinamakan kecocokan antara anak bungsu dan anak pertama (istri). 

...

Entahlah, apakah saya bisa memimpikan pasangan seperti mereka. Jangankan menikah, saya yang sekarang kebanyakan di kamar, sudah terlalu malas berkegiatan dan berkenalan secara offline dengan banyak wanita.

Ya, semoga saja saya menemukannya. Sekali seumur hidup, saya berharap bisa menikah kelak.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh