Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Masak dan Kulkas

[Artikel 16#, kategori rumah tangga] Tetap tenang, ini bukan mertua saya. Lawong belum nikah, owk. Awalnya saya pikir akan ada pesta makanan di meja makan, namun sebaliknya. Bau masak yang begitu nikmat mendadak hilang, lalu kemana makanannya?

Akhir bulan Agustus kemarin, mertua keluarga si bungsu datang ke rumah. Sebagai salah satu penghuni rumah, sudah terbiasa melihat orang datang dan pergi. Setidaknya saat ada orang datang, rumah terasa menyenangkan karena lebih ramai.

Memasak

Kasih sayang, mungkin begitu menyebutnya. Saya yang melihat aktivitas di dapur begitu sibuk dengan bahan-bahan memasak, jadi iri dengan keluarga kecil ini. Kapan saya bisa punya mertua yang suka memasak?

Karena ini bukan kali pertama, saya jadi memilih menghindar dan berdiam di kamar. Padahal biasanya juga kebanyakan di kamar.

Harum bau makanan begitu menggungah selera. Apalagi ini waktunya makan siang juga. Pas sekali pikir saya sambil membuka pintu dan menuju dapur.

Kulkas

Apa yang terjadi? Tidak ada satu pun makanan di meja dari aktivitas memasak tadi. Ada pun hanya jajanan yang dibeli. Di mana bau harum tadi yang begitu familiar dan menggugah selera makan saya.

Ah, saya lupa siapa diri saya di sini. Bukan anak, apalagi suami si anak ibu (mertua) tadi yang menghabiskan waktunya di dapur.

Semua makanan yang sudah dimasak, ternyata ditaruh di kulkas. Baru tahu cara begini jika nanti telah menikah dan mertua datang ke rumah.

Semua udah diberi tempatnya masing-masing. Bisa dimakan sewaktu-waktu tanpa repot lagi memasak. Dan hanya perlu memanaskan saja makanannya.

Tentu, saya tidak berani mengambilnya meski ada di dalam kulkas. Apalagi tidak disuruh atau diberitahu, ya meski tahu aktivitas masak memasak itu.

Namun terkadang, si menantu tetap bagiin saat ia sedang makan bareng suaminya. Saya selalu bersyukur bahwa tidak selalu makan makanan itu saja (mie bungkus). Ada orang baik yang masih peduli. Entahlah.

...

Saya tahu ekspetasi saya mendadak jatuh. Namun bila dilihat dari sisi lain, saya merasa iri dengan kehidupan orang yang sudah menikah. Kunjungan mertua, dimasakkan dan rasa percaya yang ditanamkan.

Sepertinya harus memikirkan juga cari pasangan yang ibunya bisa memasak. Kan seru tuh kalau sedang berkunjung ke rumah. Nanti dimasakkan juga. Haha.. bercanda.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun