[Artikel 1#, kategori pernikahan] Itu (judul) adalah saran dari rekan futsal yang sebelum bermain di lapangan sedang berbincang dengan saya. Pria yang akan memiliki anak kedua di bulan Oktober mendatang menikah di usia 30-an.
Sebagai orang yang awam alias belum menikah, tentu saran tersebut adalah sangat baik karena era sekarang sangat penting bisa mandiri secara finansial. Apalagi bukan datang dari keluarga kaya raya.
Tidak ada bekingan
Saya jadi teringat dengan almarhumah Ibu saya yang dulu semangat bekerja. Mulai dari jualan cucur hingga jadi asisten rumah tangga, beliau sadar bahwa penghasilan suaminya tidak banyak membantu keluarga.
Ditambah anak-anaknya semuanya sedang bersekolah. Saat memikirkan ini, saya merasa bersalah sendiri. Andai saya mengerti penderitaan orang tua saya yang banting tulang, saya seharusnya memiliki pekerjaan untuk meringankan.
Menjalani pernikahan tanpa adanya bekingan seperti latar belakang keluarga berada sangat sulit. Ada memang yang sanggup dan lancar, tapi yang banyak terjadi sekarang kasus cerai semakin meningkat.
Dulu, era orang tua saya, mungkin masih bisa menahan diri karena alasan peduli dengan anak. Sekarang setelah melihat sering viral kasus cerai yang menikah kurang dari 5 tahun, ekonomi selalu jadi alasan memilih berpisah.
Mandiri secara finansial
Bagaimana jika gaji salah satunya lebih besar? Bukannya bisa menutupin dan salah satunya tidak perlu bekerja? Ah, ini pertanyaan sulit karena saya tidak berpengalaman.
Namun dari sudut pandang pribadi, seperti yang saya katakan jika tidak ada bekingan pasti tetap kesulitan. Orang-orang sekarang, bahkan keluarga, sangat sulit dipercaya. Memang mau minjan uang saat kebutuhan sendiri jadi bahan omongan?
Bila suami istri bekerja, itu artinya mereka siap mandiri secara finansial hingga masa depan. Kebutuhan bukan hanya tentang diri sendiri, ada anak yang akan dewasa. Dan tentu kebutuhannya semakin besar.
Mandiri secara finansial juga berarti ingin mensejahterakan keluarga di masa depan. Tidak mungkin kan, bertahan dengan yang itu-itu saja. Seperti rumah, kendaraan, pakaian dan sebagainya.
Lalu, bagaimana ketika nanti punya bayi? Masalah-masalah seperti itu tentu ada solusinya masing-masing. Semisal cuti hamil atau rehat dari pekerjaan sejenak dan sebagainya.
Artikel yang saya tulis ini hanya gambaran luarnya saja atau secara umum. Jadi, masih dangkal. Namun tetap jadi saran yang baik untuk diterjemahkan apabila ingin menikah. Apalagi saran ini datang dari rekan saya yang sudah menikah.
...
Saya mengerti bahwa saya harus pelan-pelan memasukkan informasi ini dalam pikiran saya. Semacam persiapan jika kelak saya akhirnya menikah juga.
Sudut pandang orang-orang yang saya temui sangat penting untuk membantu saya mendapatkan saran terbaik dari mereka. Jika ini berguna buat yang baca, saya senang sekali. Namun sebaliknya, jika tidak penting anggap saja sebagai bacaan selingan menemani waktu senggangmu.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar