Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kenapa Mantan Bisa Move On, Sedangkan Kita Nggak?

[Artikel 74#, kategori Cinta] Di usia saya sekarang, saya benar-benar menyedihkan. Tidak ada seseorang yang jadi teman bicara sambil dipanggil sayang atau memberi semangat kala pikiran sedang jatuh. Lalu, melihat mantan yang tidak sengaja sedang bahagia, saya jadi iri sendiri dengannya.

Tanpa sadar, saya kembali mengingat mantan-mantan. Tidak mungkin juga berharap mereka kembali, hanya kenapa mereka bisa move on sedangkan saya tidak. 

Saya mengerti bahwa setiap orang memiliki jodohnya masing-masing, namun entahlah. Mantan-mantan yang pergi apa nggak kasihan kepada mantannya. 

Jangankan menengok, menyapa atau sekedar kepo. Mereka (mantan) benar-benar seakan lenyap dari bumi. Menyembunyikan diri seolah menyelamatkan diri sendiri dari para iblis yang pernah menjadi kenangan indahnya, mungkin saya adalah salah satunya. Berasa jadi raja iblis yang ditakuti. 🥲

Meninggalkan kenangan

Saya memikirkan alasan sederhana mengapa saya tidak bisa move on, yaitu tinggal bersama kenangan. Mantan-mantan saya seperti sangat jahat kepada saya.

Saat berhubungan menjadi kekasih dulu, kami membuat banyak momen indah. Dari sekedar bertengkar kecil hingga mengecup mesra.

Saat putus, mereka pergi. Meninggalkan saya dengan beribu kenangan di kota yang saya tinggalin hingga kini. Dari kota, jalan, tempat nongkrong hingga rumah.

Serius, tinggal di rumah ini tekanannya luar biasa. Meski sudah berpikir positif, tetap saja tiap sudut ada kenangan mantan. Suruh saya pindah yang sudah belasan tahun ditinggalin?

Kenangan yang kita buat dulu sekarang menempel pada saya. Mantan? Mereka tentu tidak memikirkan lagi karena ada yang keluar kota hingga pulau. Lalu, ada yang sudah punya seseorang yang diprioritaskan (suami atau pasangan baru).

Saya harus menanggung derita seorang diri. Tidak mungkin saya membalikkan kota Semarang yang penuh kenangan dengan kekuatan manusia biasa.

Termasuk perjalanan dotsemarang yang juga ada kisah dengan mantan. Satu sisi menjaganya tetap ada, satu sisi juga selalu melihat kenangan bersamanya.

Keluar dari Kota Semarang dan dotsemarang

Saya belum tahu bagaimana caranya meninggalkan Kota Semarang yang begitu saya perjuangkan atau pertahankan dari apa yang saya mulai bersama dotsemarang.

Rekan-rekan saya juga mungkin sudah move on dari keduanya (Semarang & dotsemarang) karena keluar dari Semarang dan dotsemarang.

Tinggal saya yang menanggung beban keduanya. Terkadang saya bisa menahan, tapi terkadang juga saya kesakitan sendiri.

...

Saya harap kelak, penderitaan yang saya rasakan tidak akan mereka rasakan. Mungkin tidak sekarang, tapi kelak keturunan mereka. Mungkin saya sekarang juga adalah dosa dari penderitaan orang tua yang saya lakuin di masa muda dulu.

Semoga saya panjang umur dan sehat selalu. Aminnn 🙏

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh