Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Seharusnya Tidak Berteman dengan Mantan

[Artikel 72#, kategori Cinta] Menyakitkan memang orang yang kita cintai pergi begitu saja. Apalagi kita puja bak putri raja. Mengorbankan segalanya sampai tidak memikirkan diri sendiri. Semua hanya demi cinta dan ia memutuskan berpisah begitu saja.

Sudah 2 bulan saya tidak menulis tentang kisah cinta. Hubungan saya dengan mantan yang terakhir masih ada hingga sekarang. Tapi rasanya kali ini saya memutuskan berhenti memikirkannya. Inilah alasan saya akhirnya menulis dengan judul tentang jangan berteman dengan mantan.

Jangan berteman dengan mantan

Setiap orang memiliki kisahnya dengan pengalamannya yang berbeda-beda. Saya di sini, memaksamu membaca pengalaman saya yang tidak seberapa. Jadi, tidak perlu berpikir sama tentang yang saya katakan benar atau salah.

Saya harus belajar dari para mantan saya terdahulu yang benar-benar menghilang dari bumi. Maksudnya di internet. Mereka bukan saja membatasi informasi diri mereka, tapi juga menyembunyikan rapat-rapat. 

Itu adalah cara terbaik menurut saya yang beberapa kali iseng mencari. Saya bukan gagal move on dengan yang terdahulu. Hanya ingin melihat apa yang terjadi dengan mereka? Suami, anak-anak dan seberapa sehat mereka.

Dari tulisan di atas saja seharusnya saya sudah belajar tentang hubungan yang terlarang setelah menjadi mantan. Tapi saya tetap ngeyel dengan hubungan terakhir yang meski sudah memiliki pasangan, masih saya usahakan tetap terjaga dengan baik (saling menghargai).

Hasilnya, saya merasa sedih sendiri karena memikirkan perjuangan yang saya lakukan untuk dia (mantan) seolah tak berharga. Dia bahagia dengan pasangannya, saya? Menderita memikirkannya. Hanya sebagai batu loncatan dan menjaga dia seolah ada batas waktu kadaluwarsanya.

Saat dia menderita, jiwa kasih sayang yang masih tersisa seolah bergerak kembali. Menghiburnya, membuatnya nyaman sampai mengorbankan isi dompet. Padahal udah pas-pasan dan nggak tahu besok makan apa.

Demi rasa menghargai, saya menembus moralitas sebagai pria yang tak punya harga diri. Apalagi setiap kami bicara, ia selalu memuji prianya yang menjadi pasangannya. Saya, seolah temannya yang tak pernah menyentuh relung hatinya. Perih, banget!

Tidak masalah, hari-hari tetap berjalan di saat tertentu. Tidak banyak komunikasi sebenarnya. Hanya entahlah, sepi terkadang mengerubungi perasaan.

Ada titik di mana saya ingin mengujinya tentang kepercayaan sebagai orang yang pernah dekat. Ternyata, nilai itu tidak ada. Sepertinya memang saya terlalu berharap. Sedangkan dia, begitulah.

Jadi itulah alasan kenapa sebaiknya tidak berteman dengan mantan. Sebaik apapun manusia, jangan pernah mempercayainya. Apalagi sering menyakitin. Saya harap karma yang ia berikan kepada saya tidak kembali ke dirinya.

...

Ketika rasa saling percaya menjadi alasan hubungan pertemanan, maka saya akan tetap menghargainya. Tidak peduli apakah dia mantan atau bukan. 

Namun kala kepercayaan dikhianati, apalagi yang bisa dijamin dari diri seseorang yang suka meninggalkan dan menyakiti. Apakah dia masih manusia?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh