Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tak Ingin Usai by Keisya Levronka

[Artikel 3#, kategori musik] Ketika mendengar liriknya yang dinyanyikan tentang memutar waktu, seakan perasaan yang seolah sudah sembuh kembali merasa tersakiti. Baper, sedih dan berharap waktu memang benar-benar bisa diulang.

Saya baru mendengar lagu Keisya Levronka yang awalnya dari radio. Karena liriknya mewakili perasaan, saya mencarinya di YouTube. Wew, sudah puluhan juta views. Begitu banyak hati yang diwakilin.

Tersadar kutinggal sendiri

Lirik di atas ini seperti gambaran yang terjadi sekarang. Saya seperti belum move on dari dia. Menghabiskan waktu sendiri dengan berbagai kesibukan dan hanya berjuang untuk bisa bertahan dari perasaan getir. Memang ada seseorang yang datang, tapi entah kenapa itu bukan yang saya harapkan.

Kuterima semua keputusan

Kata kuterima sangat menyerap kala teringat dia yang selalu ingin pergi meski sudah dipertahankan. Agama jadi satu-satunya alasan besar ia pergi. Hanya saja, saat saya sedang berjuang, ia sudah berganti-ganti pasangan. Seolah saya hanya batu loncatan.

Jujur tak ingin kamu pergi

Saya tahu ada perbedaan besar diantara kami, tapi saya belum berjuang sama sekali. Saya tidak ingin dia pergi. Bahkan sampai memohon kepadanya, masih saja tetap ditinggalkan.

Entah kenapa cerita cinta saya kembali kandas tanpa berjuang seperti cerita di film-film. Dimaki keluarga, dihina tetangga atau diusir oleh keluarga.

Pria bodoh yang mengharapkan seorang bidadari yang tidak pernah menganggapnya sebagai prianya.

...

Saya melewati hari demi hari dengan berharap bayangannya pergi. Tapi tetap tidak bisa. Rumah ini, kota ini dan semua hal yang masih ada di dalam sini, selalu ada dia. 

Dan seketika lagu ini datang di bulan September. Menambah rasa galau yang satu sisi ingin dia bahagia, namun sisi lainnya ingin dia tetap setia. Apakah dari deretan mantan, tidak ada satu pun yang bisa kembali karena pernah mengukir cinta?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh