Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Dibalik Layar Liputan Akhir Bulan September, Maag kambuh

[Artikel 40#, kategori kesehatan] Terakhir kali maag kambuh parah itu terjadi di bulan April, saat puasa. Dan sekarang kembali kambuh. Akhir bulan September rasanya ini paling parah, sampai 3 hari. Tumbenan.

Jumat dini hari (30/9/22), maag kembali menyerang lambung. Rasanya kali ini saya tahu penyebabnya meski itu rasanya konyol. Gara-gara kecap?

Liputan acara

Ya, benar. Kecapnya bukan sekedar kecap manis, tapi kecap sambel. Perasaan itu baik-baik saja. Saya seharusnya kebal dengan pedas yang tidak seberapa. Namun entah mengapa malah asam lambung naik.

Sialnya, hingga pagi hari, maag masih terasa. Padahal beberapa jam lagi ada acara yang harus didatangin. Tumben, biasanya dikasih minum teh hangat sudah sembuh, ini malah tetap saja. Sampai-sampai saya baru sadar obat maag saya sudah habis.

Terpaksa deh, saat liputan acara dari Smartfren Community, tubuh saya tidak enak. Karena perut juga belum stabil, sampai-sampai saya harus bawa obatnya dengan harapan dapat makan siang pas acara.

Awal Oktober

Saya tidak menyangka satu hari sudah terlewati dan maag belum juga reda. Sempat was-was juga apakah ini maag atau bukan. Dan juga, rumah bakal ramai pada hari Minggu (2/10). Cocok deh. Saya bakal punya waktu sulit untuk kesembuhan.

...

Saya terpaksa mengurangi kopi karena maag masih menyerang. Padahal dengan kopi, konsentasi buat nulis lebih tinggi dan lebih nyaman untuk berpikir.

Di lokasi acara, disediakan kopi. Tubuh yang ngantuk saat itu seharusnya baik-baik saja bila sudah meminum kopi. Sayang saya harus menahan diri dengan mengganti teh manis saj.

Ada-ada saja akhir bulan September ini. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun