Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Yang Dikhawatirkan Terjadi Juga, Maag Kambuh Lagi

[Artikel 18#, kategori puasa] Kali ini saya punya alasan bagus kenapa tidak puasa. Sial, kok sepertinya kelemahan ini (maag) membuat saya terlihat buruk. Tapi mau gimana lagi karena itu terjadi. Dipaksakan juga hanya saya yang merasa menderita.

Maag mendadak kambuh jam 1 dini hari. Saya bertanya-tanya, makan apa hari ini? Salahnya di mana? Makan sambel? Padahal saya sudah rutin minum obat maag saat sahur dan buka puasa. Kok tetap saja maag datang tanpa permisi.

Aktivitas berbuka puasa di hotel

Ini maksud saya. Sejak awal puasa, tidak tidak, bahkan sebelum puasa, undangan mencicipi menu buka datang silih berganti. Menunya pun selain beragam, ada yang sampai ratusan.

Memang tidak semua dicicipi, hanya yang terlihat menarik dan menggugah selera saja. Saya tidak menyangka aktivitas ini turut berdampak pada penyakit yang saya alami sejak duduk di bangku Sekolah.

Dini hari yang terasa sunyi, membuat saya tidak bisa konsentrasi. Segala usaha dilakukan seperti biasa, seperti meminum teh hangat manis. Ya, buat saya ini sangat manjur untuk meredakan nyeri yang seolah menusuk-nusuk.

Namun kali ini berbeda. Perasaan nyeri yang biasanya bila penyakit maagnya ringan akan cepat hilang, hari ini terasa lama. Aktivitas di depan laptop pun terpaksa saya tangguhkan. Benar-benar sulit untuk konsentrasi.

Dan akhirnya saya memutuskan tidak puasa setelah menjalani seminggu berpuasa. Biasanya jika sekali batal, maka akan ada banyak godaan datang. Iman saya sangat lemah di sini.

...

Sore hari, undangan masih ada. Mau tidak mau saat datang ke lokasi acara, saya harus membawa obat maag. Terkadang kenikmatan yang ada di depan mata, seperti sebuah ujian yang mematikan.

Ini adalah kedua kalinya saya tidak puasa hingga tulisan ini dipublish. 😓

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh