Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Yang Dikhawatirkan Terjadi Juga, Maag Kambuh Lagi

[Artikel 18#, kategori puasa] Kali ini saya punya alasan bagus kenapa tidak puasa. Sial, kok sepertinya kelemahan ini (maag) membuat saya terlihat buruk. Tapi mau gimana lagi karena itu terjadi. Dipaksakan juga hanya saya yang merasa menderita.

Maag mendadak kambuh jam 1 dini hari. Saya bertanya-tanya, makan apa hari ini? Salahnya di mana? Makan sambel? Padahal saya sudah rutin minum obat maag saat sahur dan buka puasa. Kok tetap saja maag datang tanpa permisi.

Aktivitas berbuka puasa di hotel

Ini maksud saya. Sejak awal puasa, tidak tidak, bahkan sebelum puasa, undangan mencicipi menu buka datang silih berganti. Menunya pun selain beragam, ada yang sampai ratusan.

Memang tidak semua dicicipi, hanya yang terlihat menarik dan menggugah selera saja. Saya tidak menyangka aktivitas ini turut berdampak pada penyakit yang saya alami sejak duduk di bangku Sekolah.

Dini hari yang terasa sunyi, membuat saya tidak bisa konsentrasi. Segala usaha dilakukan seperti biasa, seperti meminum teh hangat manis. Ya, buat saya ini sangat manjur untuk meredakan nyeri yang seolah menusuk-nusuk.

Namun kali ini berbeda. Perasaan nyeri yang biasanya bila penyakit maagnya ringan akan cepat hilang, hari ini terasa lama. Aktivitas di depan laptop pun terpaksa saya tangguhkan. Benar-benar sulit untuk konsentrasi.

Dan akhirnya saya memutuskan tidak puasa setelah menjalani seminggu berpuasa. Biasanya jika sekali batal, maka akan ada banyak godaan datang. Iman saya sangat lemah di sini.

...

Sore hari, undangan masih ada. Mau tidak mau saat datang ke lokasi acara, saya harus membawa obat maag. Terkadang kenikmatan yang ada di depan mata, seperti sebuah ujian yang mematikan.

Ini adalah kedua kalinya saya tidak puasa hingga tulisan ini dipublish. 😓

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya