Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Obsesi Sama Bule

[Artikel 40#, kategori wanita] Internet mengubah cara pandang, dan juga obsesi seseorang. Bila ada kesempatan, mungkin juga saya akan memilih pasangan bule. Hanya saja itu tidak mungkin. Saya sadar diri kapasistas saya. Namun, ternyata ada yang terobsesi rupanya.

Pantes saja setelah pertemuan malam itu, ia langsung menghilang bak ditelan bumi. Saya pikir obrolan semalam bisa jadi pintu masuk untuk membuka hatinya. Nyatanya, saya terabaikan bak orang tak dikenal.

Obsesi bule

Saya tidak menyangka bahwa pertemuan dengan seseorang di bulan April ini, membawa cerita menarik yang akhirnya menjawab mengapa saya terbaikan dengan dia.

Ketika dirimu (para pria) bertemu dengan wanita yang terobsesi dengan menjalin hubungan dengan bule, sudahlah. Lepaskan saja.

Kriteriamu bakal dikesampingkan. Karaktermu yang baik, hanya jadi jalinan pertemanan saja. Mengharap lebih, jangan sampai.

Saya sadar akhirnya, siapa yang ingin saya gapai. Manusiawi, mengharap lebih dan ingin terlihat sempurna. Dalam diri saya pun juga mengharap demikian.

Ketika rasa lokal sudah kehilangan rasa, mungkin yang rasa internasional bisa jadi pilihan. Lepas satu, tinggal cari yang lain.

...

Setiap orang memiliki pilihan. Saat datang kesempatan, tentu itu menjadi keputusan. Entah kenapa saya jadi minder kalau harus kalah sama bule. Eh kalah segalanya emang 😂

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh