Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Terabaikan

[Artikel 39#, kategori wanita] Kukira kenapa saya mendadak ragu, apakah ini rasa cemburu? Apalagi kami memang belum punya status. Tapi dia tahu perasaan saya yang terus memberi sinyal secara gamblang. Ya, itu benar-benar terjadi. Perasaan ini (feeling) tidak pernah salah.

Akhir tahun saya pikir akan mendobrak tradisi tanpa punya pasangan yang saya lewati beberapa tahun terakhir. Kesempatan terbuka lebar kala janji ketemu selalu ditepati. Ngopi berdua, nonton, menyaksikan konser dan sebagainya.

Keraguan itu

Suatu ketika ada acara menarik yang mengundang saya seperti biasanya. Saya mengajaknya karena ini bisa nambah referensi dan pengalaman baginya. Seperti dejavu.

Ia tertarik, namun ragu karena kapasitasnya belum membuat dia ikut diajak oleh sesama rekannya.

Bahkan, ia menunjukkan pesan dari pria lain yang dianggapnya sebatas teman untuk menghadiri acara yang saya ajak. Di sini saya mulai tidak enak. Gimana bisa ia menunjukkan hal tersebut tanpa ragu.

Mengabaikan

Meski perasaan saya tidak enak, saya berusaha positif. Lalu saya bertanya ada teman yang mengajak saya ke acara.

Masih ada slot? Pesan saya terkirim.

Alhamdulillah, ada yang memberikan slot karena peserta lain ada acara lain. Dan dia langsung saya hubungi dan mengajaknya saat acara.

Hari H tiba, saya dan dia akhirnya datang ke acara. Saya pikir ini bakal menyenangkan mengajaknya dan menambah kedekatan kami.

Eh setelah pintu lift ke buka, pria yang mengajaknya lewat pesan chat yang pesannya diberitahukan kepada saya ada di tempat acara.

Dalam hati, nih perempuan emang polos apa? Waktu dia mengajaknya apa gak ngerti jika pria itu mengajaknya juga.

Beneran terjadi, datang sama siapa, nempel sama siapa. Saya adalah manusia yang terabaikan saat itu. Sakit rasanya.

Feeling yang selalu benar

Tanpa sadar, waktu yang sudah dihabiskan di sana memberi sinyal untuk segera pulang. Untunglah perut kenyang.

Saat saya menunggu dan memesan driver online, dia masih di tempat acara bersama si pria tersebut.

Saya mengajaknya pulang, biar kita lanjutkan di tempat lain pertemuan saat itu. Ia menolak dengan alasan belum selesai.

Hujan yang mengguyur seperti sebuah tanda jika langkah saya mendekatinya harus berakhir saat itu.

Feeling saya selalu benar, dia dan pria tersebut bukan lagi sekedar hubungan pertemanan. Ya, meski tidak berpacaran juga.

Kedekatannya mampu membuang saya dan mengabaikan begitu saja. Seolah apa yang sudah saya lakukan hanyalah iseng belaka.

Beberapa hari kemudian, ia membagikan aktivitas bersama si pria tersebut. Ternyata feeling saya benar.

Ini bukan perasaan cemburu pada akhirnya, ini perasaan marah karena merasa terabaikan.

...

Akhir tahun kali ini rasanya sama. Sepi yang dianggap kemewahan masih jadi penghibur diri sendiri. Saya belum mampu mendobrak tradisi bertahun-tahun sebelumnya.

Saya harap kepada sebagian para wanita. Saat pria mengajakmu, jangan abaikan dia meski status kalian tidak punya hubungan khusus. Coba jadi dia, bagaimana perasaanmu.

Pelajaran juga buat saya, ketika usahamu sudah tidak ada hasil, apalagi sampai di wanita mengatakan sudah punya pasangan, sebaiknya lepaskan saja.

Dia cantik, dia baik, dia kriteriamu, tapi tetaplah ia bukan jodohmu. Tinggalkan dia, sudah cukup usahamu demi dia.

Kamu (pria) lebih baik dianggap ghosting daripada sakit hati karena terabaikan. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh